Lebaran ala Rara LIDA: Mudik dan berbagi THR



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lebaran tahun ini akan sangat berbeda bagi Tiara Ramadani (17) dibanding tahun-tahun sebelumnya. Pemenang Juara Dua Kontes menyanyi dangdut Liga Dangdut Indonesia (LIDA) ini mengaku akan mudik ke kampung halaman di Kelurahan Sukajadi Kecamatan Prabumulih timur Kota Prabumulih, Sumatera Selatan.

"Insya allah mudik, tapi tidak bisa lama. Hari pertama lebaran di rumah, hari kedua sudah harus kermbali bekerja karena ada jadwal manggung di Pontianak," katanya dalam keterangan yang diterima, Senin (11/6).

Sulung dari dua bersaudara ini mengaku sudah tak sabar ingin pulang kampung. Hal ini karena sepanjang Ramadan ini dihabiskannya di Jakarta untuk tampil di televisi. Untuk mudik, ia sudah menyiapkan sejumlah uang untuk dibagi-bagikan kepada orangtua, adik, dan saudara-saudaranya.


"Ya seperti THR ya. kalau dulu kan Rara yang terima dari saudara-saudara. Sekarang kan Rara sudah bekerja, sudah ada penghasilan. Jadi sepertinya sekarang kebalikannya," ujarnya seraya tertawa.

Rara adalah anak pertama dari dua bersaudara pasangan almarhum Abdul Rohim (67 tahun) dan Tapyati (46 tahun). Ibu Rara, Tapyati merupakan salah satu penerima Program Keluarga Harapan (PKH).

PKH adalah program bantuan sosial non tunai bersyarat yang diberikan Kementerian Sosial kepada kepada keluarga dan atau seseorang yang miskin dan rentan miskin, yang terdaftar dalam data terpadu program penanganan fakir miskin.

Rara adalah salah satu anak Keluarga Penerima Manfaat (KPM) PKH yang mendapat penghargaan dari Kementerian Sosial karena berbagai prestasi yang diraihnya.

Sejak tahun 2011 hingga 2017 Rara dan tim seni Kota Prabumulih Juara 1 umum Festival Sriwijaya, ia juga menyabet Juara 1 Lomba Teater Monolog Tingkat Nasional dan Juara 1 Menyanyi Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) tingkat Provinsi.

Sebelum memenangkan kontes LIDA, kondisi ekonomi keluarga Rara sangat terbatas. Sejak ayah Rara meninggal, Tapyati menjadi tulang punggung keluarga. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Tapyati bekerja sebagai buruh cuci dan menjual gorengan keliling setiap pagi. Ia juga pernah menjadi pemulung.

Rara memiliki seorang adik laki-laki bernama Arya Saputra (15). Menjelang lebaran, Rara memboyong ibu dan adiknya ke Jakarta untuk menemaninya menyanyi dan tinggal bersama di sebuah apartemen di bilangan Jakarta Barat.

"Ramadan tahun ini beda banget rasanya karena tahun lalu kegiatannya hanya di rumah dan sekolah. Puasanya bareng keluarga. Sekarang puasa di Jakarta sambil kerja. Di tempat baru ini Rara harus adaptasi dengan suasana baru dan teman-teman baru," katanya.

Rara mengenang, saat hari pertama Ramadan tahun ini ia mendapat libur untuk pulang ke kampung halaman. Ia ingin merasakan puasa hari pertama bersama ibu dan adiknya, serta melihat rumahnya yang telah direnovasi.

"Alhamdulillah puasa hari pertama boleh libur dan pulang sekalian lihat rumah selesai dibedah. Rumah penuh banget, banyak yang datang menyambut dan memberi selamat," katanya.  

Sementara itu Menteri Sosial Idrus Marham mengatakan prestasi yang diraih Rara sangat membanggakan. Rara menunjukkan bahwa keterbatasan ekonomi tidak membatasi impiannya untuk berkarya di bidang seni.

"Kisah Rara dan Ibu Tapyati semoga menginspirasi ribuan ibu-ibu penerima PKH di seluruh Indonesia agar mendorong anak-anak PKH juga terus mengukir prestasi," katanya.

Idrus yang selalu memberi dukungan kepada Rara saat berlaga di LIDA mengatakan dalam penyaluran PKH, pemerintah tidak sekedar membagikan bansos begitu saja. Namun juga memberikan pendampingan kepada Penerima PKH.

"Tujuannya adalah memberikan motivasi, menanamkan kemandirian, dan kepercayaan diri mereka sehingga kelak dapat mandiri dan tidak tergantung pada bantuan sosial pemerintah," katanya.

Pendampingan kepada KPM, lanjutnya, salah satunya diberikan dalam sesi Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2). Termasuk juga mengidentifikasi kemampuan dan potensi anak-anak KPM yang berprestasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto