JAKARTA. Tiga bulan pertama tahun 2014 kurang bersahabat bagi produsen plastik dan kemasan PT Asiaplast Industries Tbk. Penjualan perusahaan itu turun 4,96% menjadi Rp 70,13 miliar. Untunglah perusahaan ini bisa meningkatkan efisiensi. Alhasil, pos beban pokok penjualan turun 6,16% menjadi Rp 59,52 miliar. Penurunan beban pokok penjualan tersebut menjadi salah satu penyelamat laba komprehensif tahun berjalan perusahaan tersebut. Alhasil,
bottom line perusahaan kemasan berkode saham APLI ini bisa tumbuh 66,18% menjadi Rp 3,44 miliar.
Wilson Agung Pranoto, Direktur Utama Asiaplast Indonesia, menjelaskan, pendapatan perusahaannya turun lantaran klien masih menunggu kepastian kebijakan ekonomi dari presiden terpilih nanti. Kata dia, ini adalah siklus lumrah saban menjelang pemilihan umum (pemilu). Pilihan klien untuk menanti kepastian kondisi ekonomi tersebut kelak berkaitan dengan harga kontrak yang mereka ajukan. "Harga kontrak dengan klien itu untuk satu tahun atau waktu tertentu," ujar Wilson, Selasa (20/5). Buntutnya, Asiaplast harus ikut bersabar menanti klien mengambil sikap. Namun, menanti kepastian klien saja tidak cukup. Senada dengan beberapa perusahaan lain, tahun ini, Asiaplast juga mengaku menghadapi tantangan berupa kenaikan tarif dasar listrik (TDL). Demi roda bisnis tetap berputar, perusahaan ini pun akan menaikkan harga jual. Belum ada gambaran berapa persen Asiaplast akan mengerek harga jual. Wilson hanya bilang, selama ini biaya listrik menduduki peringkat ketiga di pos beban produksi. Di tengah tantangan yang mengadang, Asiaplast meyakini kinerja di kuartal II bakal membaik. Katalis positif yang diandalkan adalah peningkatan permintaan kemasan plastik menjelang Lebaran. Namun, "Saya belum bisa menjamin hasilnya seperti apa," ujar Wilson. Karenanya, Wilson enggan menyebutkan berapa target penjualan yang ingin diraih perusahaan ini. Sebagai gambaran, tahun ini perusahaan tersebut menyediakan belanja modal Rp 9 miliar untuk perawatan mesin produksi. Hingga akhir kuartal I kemarin, Asiaplast baru membelanjakan Rp 900 juta, atau 10% total anggaran.
Selama ini Asiaplast memproduksi tiga jenis produk.
Pertama, flexible film sheet (FFS). Perusahaan memiliki kapasitas produksi 10.000 metrik ton FFS per tahun. Di triwulan pertama tahun ini, perusahaan ini memproduksi 1.213 metrik ton FFS. Dalam nominal, nilainya sebesar Rp 25,39 miliar.
Kedua, synthetic leather. Di triwulan pertama kemarin, Asiaplast telah memproduksi 710 kilometer dari kapasitas produksi 15.000 kilometer per tahun. Produk ini menyokong sekitar Rp 17,36 miliar. Produk
ketiga, rigid film & sheet (RFS). Di kuartal I-2014, perusahaan ini mengaku memproduksi 1.385 metrik ton dari total kapasitas produksi 10.800 metrik ton RFS per tahun. Ini adalah produk yang berkontribusi terbesar di periode ini, yakni mencapai Rp 27,38 miliar. Semua produk dijual di pasar domestik. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anastasia Lilin Yuliantina