YOGYAKARTA. Pedagang kaki lima khususnya kuliner di Malioboro berkomitmen untuk menerapkan harga makanan yang wajar pada saat libur Lebaran dan tidak memanfaatkan momentum tersebut untuk menaikkan harga secara sembarangan. "Istilah 'nuthuk' atau menaikkan harga makanan secara tidak wajar sebenarnya sudah tidak ada karena sudah ada daftar harga yang wajib dipasang oleh seluruh pedagang kaki lima (PKL) kuliner di Malioboro," kata Ketua Paguyuban Lesehan Malam Malioboro Sukidi, Rabu (14/6). Selain memasang daftar harga makanan, seluruh PKL kuliner di Malioboro sudah memiliki nota harga yang di dalamnya tertulis secara jelas nama menu makanan dan harganya. "Jadi, pedagang sudah tidak bisa 'nuthuk' lagi karena semuanya sudah tertulis secara jelas. Konsumen pun bisa melihat daftar menu dan harganya sebelum memesan makanan," katanya. Meskipun demikian, ia tidak mengelak jika pernah ada PKL makanan di Malioboro yang melakukan praktik tersebut, namun kejadiannya sudah cukup lama. Ia memastikan, jika ada PKL makanan yang menaikkan harga secara sembarangan akan memperoleh sanksi, baik dari pemerintah maupun sanksi dari paguyuban pedagang. "Kami pernah memberikan sanksi ke pedagang yang 'nuthuk' harga untuk tidak berjualan selama satu pekan. Harapannya, mereka jera dan tidak mengulangi lagi perbuatannya," katanya. Jika masih ada pedagang yang menaikkan harga secara tidak wajar, Sukidi meminta konsumen untuk memberikan bukti secara jelas sehingga permasalahan tersebut dapat diusut secara tuntas. "Terkadang, keluhan yang disampaikan konsumen tidak sesuai fakta di lapangan dan tidak disertai bukti kuat," kata Sukidi yang menyebut ada 59 pedagang lesehan malam di Malioboro. Pada saat libur Lebaran tahun ini, Sukidi memperkirakan, PKL tidak akan menaikkan harga makanan meskipun ada kenaikan harga untuk bumbu dan beras. "Sedangkan harga untuk daging maupun ikan relatif stabil. Dimungkinkan, tidak ada kenaikan harga. Jika ada, maka hanya sedikit saja," katanya. Sementara itu, Ketua DPD Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia Kota Yogyakarta Rudiarto mengatakan tidak ada istilah "nuthuk" untuk PKL souvenir di Malioboro. "Konsumen masih bisa tawar menawar harga souvenir yang ingin dibeli. Hal itu sudah menjadi kebiasaan, meskipun sudah ada beberapa pedagang kaos yang menerapkan harga pas," katanya. Sebelumnya, Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti meminta PKL tidak memanfaatkan momentum libur Lebaran untuk menaikkan harga barang setinggi-tingginya. "Jangan aji mumpung. Semua harus bisa melayani wisatawan yang datang dengan sebaik-baiknya," katanya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Lebaran, harga kuliner di Malioboro tetap normal
YOGYAKARTA. Pedagang kaki lima khususnya kuliner di Malioboro berkomitmen untuk menerapkan harga makanan yang wajar pada saat libur Lebaran dan tidak memanfaatkan momentum tersebut untuk menaikkan harga secara sembarangan. "Istilah 'nuthuk' atau menaikkan harga makanan secara tidak wajar sebenarnya sudah tidak ada karena sudah ada daftar harga yang wajib dipasang oleh seluruh pedagang kaki lima (PKL) kuliner di Malioboro," kata Ketua Paguyuban Lesehan Malam Malioboro Sukidi, Rabu (14/6). Selain memasang daftar harga makanan, seluruh PKL kuliner di Malioboro sudah memiliki nota harga yang di dalamnya tertulis secara jelas nama menu makanan dan harganya. "Jadi, pedagang sudah tidak bisa 'nuthuk' lagi karena semuanya sudah tertulis secara jelas. Konsumen pun bisa melihat daftar menu dan harganya sebelum memesan makanan," katanya. Meskipun demikian, ia tidak mengelak jika pernah ada PKL makanan di Malioboro yang melakukan praktik tersebut, namun kejadiannya sudah cukup lama. Ia memastikan, jika ada PKL makanan yang menaikkan harga secara sembarangan akan memperoleh sanksi, baik dari pemerintah maupun sanksi dari paguyuban pedagang. "Kami pernah memberikan sanksi ke pedagang yang 'nuthuk' harga untuk tidak berjualan selama satu pekan. Harapannya, mereka jera dan tidak mengulangi lagi perbuatannya," katanya. Jika masih ada pedagang yang menaikkan harga secara tidak wajar, Sukidi meminta konsumen untuk memberikan bukti secara jelas sehingga permasalahan tersebut dapat diusut secara tuntas. "Terkadang, keluhan yang disampaikan konsumen tidak sesuai fakta di lapangan dan tidak disertai bukti kuat," kata Sukidi yang menyebut ada 59 pedagang lesehan malam di Malioboro. Pada saat libur Lebaran tahun ini, Sukidi memperkirakan, PKL tidak akan menaikkan harga makanan meskipun ada kenaikan harga untuk bumbu dan beras. "Sedangkan harga untuk daging maupun ikan relatif stabil. Dimungkinkan, tidak ada kenaikan harga. Jika ada, maka hanya sedikit saja," katanya. Sementara itu, Ketua DPD Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia Kota Yogyakarta Rudiarto mengatakan tidak ada istilah "nuthuk" untuk PKL souvenir di Malioboro. "Konsumen masih bisa tawar menawar harga souvenir yang ingin dibeli. Hal itu sudah menjadi kebiasaan, meskipun sudah ada beberapa pedagang kaos yang menerapkan harga pas," katanya. Sebelumnya, Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti meminta PKL tidak memanfaatkan momentum libur Lebaran untuk menaikkan harga barang setinggi-tingginya. "Jangan aji mumpung. Semua harus bisa melayani wisatawan yang datang dengan sebaik-baiknya," katanya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News