Lebaran jadi momentum emiten ritel untuk dongkrak kinerja



KONTAN.CO.ID - JAKARTA - Momentum lebaran adalah saat-saat yang ditunggu oleh masyarakat Indonesia.Tahun ini, Idul Fitri diperkirakan akan jatuh di awal bulan Juni.

Tak hanya oleh warga, perusahaan-perusahaan ritel di Indonesia juga kerap kali menunggu momentum ini. Lebaran adalah saat yang ditunggu-tunggu oleh perusahaan ritel lantaran pendapatan dan laba yang diraup lebih tinggi daripada biasanya.

Catatan keuangan perusahaan-perusahaan ritel di bursa menunjukkan hal demikian. Berturut-turut PT Sumber Alfaria Trijaya (AMRT), PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS), PT Mitra Adi Perkasa Tbk (MAPI), PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES), hingga PT Matahari Department Store (LPPF), mengalami tren kenaikan, baik laba maupun pendapatan, di setiap kuartal yang bertepatan dengan Ramadan serta Idul Fitri.


Sumber Alfaria Trijaya misalnya mencatatkan pendapatan sebesar Rp 32,8 triliun selama kuartal 2 tahun 2018. Angka tersebut tumbuh sebesar 124% dibanding pendapatan di kuartal I pada periode yang sama. Pertumbuhan labanya pun juga ikut terkerek sebesar 86% yaitu sebesar Rp. 103,7 miliar sepnjang kuartal II tahun 2018.

Tren serupa juga dialami oleh Matahari Department Store. Pada kuartal I tahun 2018, pendapatan perusahaan ini berada di kisaran Rp 1,96 triliun. Sedangkan pada kuartal selanjutnya, pendapatannya bertambah Rp 3,95 triliun. Sehingga hingga akhir kuartal II, pendapatan yang mereka peroleh sebesar Rp 5,91 triliun.

Pertumbuhan pendapatan itu juga diikuti dengan pertumbuhan labanya. Pada kuartal I di periode yang sama, LPPF ‘hanya’ meraup laba sebesar Rp 246,7 miliar. Sedangkan selama kuartal II, laba yang masuk ke kocek LPPF sebesar Rp 1,09 triliun. Angka tersebut menempatkan laba LPPF pada akhir kuartal II sebesar Rp 1, 34 triliun.

Pelonjakan serupa juga terjadi oleh Ramayana Lestari Sentosa. Sepanjang kuartal I tahun lalu, RALS mendapat keuntungan sebesar Rp 15 miliar. Kondisi tersebut melesat ketika menginjak kuartal kedua dimana momen Idul Fitri jatuh pada bulan Juni. Pada kuartal itu, laba RALS berlipat-lipat hingga Rp 469 miliar dan menutup laporan keuangan di kuartal kedua dengan total laba sebesar Rp 484 miliar.

Dari segi pendapatan, pertumbuhan income RALS pun juga cukup signifikan. Pendapatan RALS yang di kuartal I sebesar Rp 1,05 triliun, melonjak hampir dua kali lipat menjadi Rp 3,49 trilun pada tutup buku kuartal II. Itu berarti selama kuartal II 2018 berjalan, RALS menghimpun laba sebanyak Rp 2, 44 triliun.

Ace Hardware Indonesia juga mengikuti tren tersebut. Emiten yang memiliki beberapa gerai perlengkapan rumah itu sepanjang kuartal I 2018 lalu mencatat pendapatan sebesar Rp 1,57 triliun dengan laba sebesar Rp 210,3 miliar. Lalu selama kuartal kedua, pendapatan mereka naik sebesar Rp 1,81 triliun diikuti dengan laba yang juga terkerek sebesar Rp 215,7 miliar.

Ritel specialty store dan food-beverages Mitra Adi Perkasa Indonesia juga terbukti mentereng selama periode dimana hari raya Idul Fitri dirayakan. Dari segi pendapatan, kenaikannya bahkan kurang lebih dua kali lipat dari kuartal I yang hanya sebesar Rp 4,79 triliun.

Laba yang mereka himpun selama kuartal II pun juga tumbuh sebesar Rp 149 miliar atau sebesar 42% dari total laba di kuartal pertama tahun 2018 yang sejumlah Rp 351 miliar.

Tak hanya ritel kebutuhan dasar, salah satu ritel telepon seluler yaitu PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) juga mencatat kinerja memuaskan ketika momen lebaran tiba. Tercatat, tahun lalu pendapatan ERAA mencapai angka Rp 17,09 triliun di kuartal II. Angka itu naik Rp 8,81 triliun dibandingkan kuartal I.

Kenaikan itu juga diikuti oleh bottom line atau laba ERAA yang berlipat hampir dua kali pada kuartal II, dimana lebaran jatuh pada periode tersebut. Kenaikan laba ERAA tercatat mencapai Rp 435 miliar setelah sebelumnya di kuartal I ‘hanya’ mencapai Rp 205 miliar.

Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) Tutum Rahanta menyebutkan bahwa secara historis, kenaikan pendapatan dan laba perusahaan ritel memang lazim terjadi pada kuartal yang bertepatan dengan momentum lebaran.

Tutum memerkirakan, pada lebaran tahun ini, pertumbuhan laba dan pendapatan industri ritel di Indonesia masih cenderung sama dengan tahun-tahun sebelumnya.

“Tergantung sektor. Kalau untuk makanan dan minuman biasanya tumbuh 30% hingga 50%. Sedangkan untuk pakaian bisa hingga 200% sampai 300%,” ungkap Tutum ketika dihubungi Kontan.co.id, Kamis (17/4).

Tutum menilai dalam dua hingga tiga tahun ke belakang, ada perubahan pola konsumsi masyarakat dari kota-kota kecil ketika memasuki momen lebaran. Menurutnya masuknya beberapa industri retail ke kota-kota kecil turut menjadi sebab perubahan pola itu. Pada akhirnya, ekspansi itu turut meningkatkan pendapatan dan laba industri ritel di Indonesia karena lebih terjangkau dengan konsumen.

Emiten ritel masih jadi primadona

Senior Analis Paramitra Alfa Sekuritas, William Siregar mengatakan bahwa sektor ritel masih menjadi primadona bagi para investor, terlebih di semester I tahun ini. William mengatakan bahwa sentimen positif untuk mengerek harga saham emiten ritel cenderung berlimpah di semester pertama, namun akan kendor di semester kedua.

Ambil contoh momen pemilihan umum lalu misalnya. Presiden Joko Widodo yang kembali maju pada pemilu kemarin cenderung mengeluarkan kebijakan-kebijakan populis yang arahnya mendongkrak daya beli masyarakat. 

Selain itu lebaran juga menjadi momentum wajib dimana para emiten ritel dapat memperbaiki kinerjanya. “Karena di semester kedua, belum ada sentimen yang positif untuk mendongkrak kinerja sektor ritel,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Jumat (20/4).

Analis Avere Mitra Investama Teguh Hidayat juga mengatakan, meski prospektif namun saham emiten ritel tertutup oleh sentimen pemilu. Menurutnya, pergerakan saham emiten ritel sudah mengalami pergerakan yang signifikan sebelum bulan ramadan. 

Namun, akhir-akhir ini perhatian investor lebih tertuju pada sentimen pemilu. “Alhasil saham-saham ritel belum banyak bergerak,” kata Teguh ketika dihubungi Kontan, Jumat (20/4).

Sedangkan Direktur Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan meski terlihat prospektif, namun para pelaku pasar tetap perlu memerhatikan beberapa hal. “Faktor jumlah uang beredar yang agak menurun bisa jadi pengganjal kinerja industri ini,” terang Ibrahim kepada Kontan.co.id, Jumat (20/4).

Ibrahim juga mengatakan selain faktor jumlah uang beredar di masyarakat, hal lain yang bisa mempengaruhi pergerakan saham emiten adalah pola konsumsi masyarakat. Digitalisasi dalam segala lini kehidupan membuat pola konsumsi masyarakat juga bergeser sehingga mereka lebih senang membeli dari platform e-commerce. “Hal ini yang perlu diwaspadai oleh segenap pelaku pasar,” ujarnya.

Untuk rekomendasi saham, William Siregar merekomendasikan beberapa emiten yang menarik untuk dikoleksi. Saham tersebut adalah MAPI dengan target price 1.300 , LPPF dengan target price 3.670 dan ERAA dengan target price 3.300. 

Sedangkan rekomendasi Ibrahim jatuh pada beberapa saham emiten seperti LPFF, RALS, dan AMTR yang ia sebut secara historis menuai kinerja keuangan kinclong di saat momentum lebaran. Sedangkan Teguh Hidayat merekomendasikan saham ERAA untuk bisa diburu oleh investor. “Price equity ratio (PER) eraa masih kecil yakni di angka 5x,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .