Lebaran mampu dongkrak pertumbuhan ekonomi



JAKARTA. Pekan ketiga bulan Ramadan dan sepekan menjelang Lebaran, permintaan uang tunai semakin tinggi. Bank Indonesia mencatat, sampai akhir pekan kemarin, uang kas yang keluar dari bank sentral telah mencapai Rp 99 triliun.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Tirta Segara mengungkapkan, outflow tersebut setara dengan 79% dari perkiraan permintaan uang yang mencapai Rp 119 triliun sampai dengan Rp 125,2 triliun.

Menurut Tirta, bank sentral memperkirakan uang tunai yang keluar pada sepanjang bulan Ramadan dan Idul Fitri 1436 Hijriah ini ebih tinggi dibanding tahun kemarin.


Tirta merinci, dari uang tunai yang keluar sebanyak Rp 99 triliun itu, sebanyak Rp 61 triliun beredar di Pulau Jawa. Dari jumlah Rp 61 triliun itu, sebanyak 29%-30% beredar di Jakarta.

Uang tunai yang beredarĀ  dan telah ditarik di Sumatera mencapai Rp 20 triliun. Sementara uang tunai yang telah keluar dan beredar di Bali dan Indonesia Timur telah mencapai Rp 11 triliun. Untuk uang tunai yang beredar di Kalimantan telah mencapai Rp 7 triliun.

"Itu adalah mapping dari peredaran uang sebesar Rp 99 triliun. Kami perkirakan, uang yang akan ditarik dan beredar di pulau Jawa sampai dengan selesai Lebaran mencapai Rp 76 triliun," jelas Tirta Segara kepada Kontan.

Lebih lanjut Tirta menambahkan, untuk penukaran uang tunai pecahan kecil yang dilayani oleh mobil kas Bank Indonesia di Monas, mencapai Rp 4,5 miliar. Terdapat 1.200 orang yang menukarkan uang.

Sedangkan layanan penukaran uang oleh 14 bank lain di Monas, mencapai Rp 28,5 miliar dengan penukar sebanyak 12.227 orang.

"Sehingga kalau ditotal antara penukaran uang yang dilayani oleh BI dan perbankan, mencapai Rp 33 miliar," sebut Tirta.

Ia merinci, untuk uang tunai yang ditukarkan, didominasi oleh pecahan uang Rp 10.000 dan Rp 5.000.

Jumlah penukaran uang nominal tersebut hampir berimbang. Pecahan uang kecil lain uang juga digemari masyarakat untuk penukaran uang adalah pecahan Rp 2.000.

Lebih lanjut Tirta menyatakan, dengan keluarnya uang dari kas Bank Indonesia sebesar Rp 99 triliun, maka uang tunai atau uang kartal yang beredar di masyarakat saat ini mencapai Rp 569 triliun.

Peredaran uang yang telah mencapai Rp 569 triliun pasti mendorong pertumbuhan ekonomi dari sisi konsumsi masyarakat. Meski begitu, Bank Indonesia belum dapat memperkirakan pertumbuhan ekonomi sebagai dampak dari bulan Ramadan dan Idul Fitri.

Sebab, kata Tirta, bulan Ramadan terbelah antara kuartal II dan kuartal III-2015. "Dari konsumai jelas tinggi karena ada peningkatan kegiatan ekonomi dan inflasi yang meningkat. Maka akan mendorong pertumbuhan secara makro ekonomi. Rendahnya inflasi pada bulan Juni, karena ada peran pemerintah yang melakukan operasi pasar," urai Tirta.

Peningkatan pertumbuhan ekonomi secara makro ekonomi dan nasional didorong oleh tingginya permintaan uang yang paling besar terletak di pulau Jawa yang mencapai Rp 61 triliun. Hal ini, kata Tirta, jelas akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

"Efek positif terhadap makro ekonomi jelas ada karena ada dorongan dari peningkatan konsomsi masyarakat. Waktu Ramadan singkat, hanya 1,5 bulan-2 bulan, namun mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dari sisi konsumsi masyarakat," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Mesti Sinaga