JAKARTA. Seiring usainya Ramadan, masa mekarnya harga minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO) pun berakhir. Setidaknya, dalam dua hari terakhir, harga minyak nabati rontok. Mengutip
Bloomberg, Jumat (23/7), harga CPO pengiriman Oktober 2015 di Malaysia Derivatives Exchange ditutup turun 0,77% menjadi RM 2.188 atau setara US$ 575,11 per metrik ton (MT). Dalam dua hari terakhir harganya sudah terpangkas 1,35%. Analis Central Capital Futures Wahyu Tri Wibowo menilai, faktor fundamental menggerus harga minyak sawit, yakni permintaan yang lesu, sedangkan suplai melimpah. Lesunya permintaan tercermin dari ekspor Malaysia yang jeblok. Intertek melaporkan, ekspor periode 1-20 Juli 2015 turun 15,5% menjadi 907.574 metrik ton.
Menurut Wahyu, permintaan surut seiring usainya Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri. Menjelang Hari Raya, permintaan CPO meningkat di sejumlah negara, seperti India, Malaysia dan Indonesia. Tak heran, pada 5 Juni lalu, harga minyak sawit sempat melejit ke level tertinggi tahun ini, yaitu RM 2.349 per MT. "Lebaran berakhir, permintaan kembali lesu, tidak ada momentum harga naik lagi," kata Wahyu. Ariston Tjendra,
Senior Research and Analyst Monex Investindo Futures, menambahkan, harga minyak sawit juga dibayangi sentimen negatif rencana Rusia membatasi pembelian minyak tropis. Tak heran, meski impor India tahun ini diperkirakan mencapai rekor tertinggi, yakni 9,4 juta ton, harga CPO akan sulit melesat. Nah, saat permintaan cenderung surut, suplai justru diproyeksikan melonjak. Produksi CPO Indonesia dan Malaysia di kuartal tiga diperkirakan meningkat, karena sepanjang Juli hingga Oktober merupakan musim panen terbaik. "Pelaku pasar khawatir permintaan tidak akan mampu melampaui kenaikan produksi," ujar Rajesh Modi, Trader Sprint Exim di Singapura, kepada
Bloomberg, Kamis (23/7). Tren bearish Ariston menduga, penurunan harga minyak sawit masih akan berlanjut alias memasuki tren bearish. Apalagi, sebagai sesama komoditas, jebloknya harga minyak mentah dunia ikut menyeret harga CPO.Asal tahu saja, kemarin, minyak WTI tumbang ke bawah level US$ 50 per barel. Namun, harga CPO tidak akan turun tajam atau cenderung bergulir di kisaran terbatas. Maklum, pelemahan nilai tukar ringgit Malaysia terhadap dollar AS bisa memberi sedikit angin segar bagi pergerakan harga CPO.
Secara teknikal, Ariston melihat pergerakan juga masih turun. Indikasinya, harga bergerak di bawah moving average (MA) 50, 100 dan 200. Lalu, garis
moving average convergence divergence (MACD) berada di bawah 0 , yaitu minus 13. Ini menunjukkan masih tren turun. Relative strength index (RSI) di level 43 dan stochastic level 47 juga bergerak ke bawah. Kalkulasi Ariston, sepekan ke depan harga minyak sawit rentan jatuh ke kisaran RM 2.150-RM 2.220 per MT. "Hari ini, harganya bisa bergulir antara RM 2.165-RM 2.210 per MT," tandasnya. Sementara Wahyu menebak, hari ini, harga CPO bisa bergerak antara RM 2.150-RM 2.250 per metrik ton. Sementara hingga akhir bulan ini, level support di RM 2.100 dengan resistance RM 2.300. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Uji Agung Santosa