Lebaran usai, pembiayaan mengendur



JAKARTA. Usai Lebaran, permintaan pembiayaan kendaraan diperkirakan turun setidaknya sampai Agustus nanti. Penurunan pembiayaan diprediksi 10%-15% ketimbang bulan biasa. Selain karena daya beli masyarakat turun, produksi sepeda motor juga ikut menurun karena waktu kerja terpangkas libur Lebaran.

Saat ini, multifinance memilih memperbaiki kualitas pembiayaan atau kredit macet. Sebab, sampai Agustus  nanti, pembiayaan kendaraan bakal melambat. Nasabah akan menunda pembelian kendaraan dan memilih menggunakan dananya kebutuhan lain seperti memenuhi kebutuhan anak sekolah.

Suhartono, Direktur Utama Federal International Finance (FIF) Group bilang, secara musiman wajar jika terjadi penurunan pembiayaan dibandingkan bulan normal. Sebab, produksi kendaraan seperti motor dan mobil di pabrik juga menurun karena terpotong waktu libur panjang. Akibatnya, barang tersedia juga tidak banyak.


Kondisi ini secara otomatis akan membuat pembiayaan di multifinance juga kendur. Perbaikan baru mulai terjadi setelah Agustus mendatang. "Sejalan belanja pemerintah yang mulai gencar, pembelian kendaraan akan kembali naik dan kembali normal. Hanya saja, tahun ini kami memperkirakan pembiayaan akan sama dengan tahun lalu," ujar Suhartono, Selasa (28/7).

Telah terjadi sejak April

Secara bulanan, pembiayaan telah terlihat seret sejak April 2015. Berdasarkan data Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia Bank Indonesia, per April 2015, nilai pembiayaan tercatat Rp 111,96 triliun turun dari bulan Maret yang sebesar Rp 114,22 triliun. Pada bulan Mei 2015, pembiayaan multifinance hanya naik tipis menjadi sebanyak Rp 111,97 triliun.

Meski secara industri seret, penyaluran pembiayaan kendaraan di FIF masih bertumbuh. Hingga Mei 2015, total pembiayaan FIF mencapai Rp 10,9 triliun atau tumbuh 13,5% secara year-on-year (yoy). Adapun, target pembiayaan FIF hingga akhir tahun ini sebesar Rp 25,4 trilun.

Tak hanya menggenjot pembiayaan. FIF juga akan menjaga angka kredit macet atau non perfoaming loan (NPL) yang kerap naik setelah Lebaran.  Caranya dengan menambah jumlah penagih dan bagian penagihan secara berkala mengingatkan ke nasabah. Suhartono optimistis kredit macet FIF masih di bawah 1% atau sekitar 0,7% setelah Lebaran ini.

Efrinal Sinaga, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) menambahkan, multifinance memang tak boleh sembarangan menyalurkan pembiayaan. Sebab daya beli konsumen masih lemah dan kemampuan membayar angsuran berkurang.

Maka jika sekadar mengejar pertumbuhan pembiayaan tanpa memperhatikan kualitas kredit, multifinance bakal merugi di akhir tahun akibat kenaikan kredit macet.  "Kami telah mengingatkan ke anggota APPI untuk menjaga NPL di bawah 2%," ujar Efrinal.

Selain itu, multifinance harus meningkatkan manajemen risiko secara lebih ketat. Caranya ialah menerapkan mengenal nasabah atau know your costumer, serta lebih selektif memilih nasabah. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto