Lebih 90% Alkes Masih Impor, Menkes Ingin Produksi dan Belanja Dalam Negeri Dikerek



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lebih dari 90% total pasar alat kesehatan Indonesia saat ini merupakan produk impor. Oleh karenanya, pemerintah mencanangkan transformasi kesehatan yang fokus pada 6 pilar.

Adapun, transformasi tersebut mencakup peningkatan ketahanan sektor kefarmasian dan alat kesehatan, yang didorong oleh potensi pertumbuhan pasar dan peningkatan belanja sektor kesehatan yang besar.

“Pasar kita sangat besar sekali. Kalau belanja sektor kesehatannya sebagian besar masuk ke Indonesia dan tidak keluar negeri maka pertumbuhan ekonomi kita akan tertopang tinggi dengan ini,“ kata Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin dalam keterangan tertulis, Kamis (3/11).


Baca Juga: Medika Maesindo Global Optimistis Prospek Bisnis Alat Kesehatan Masih Menjanjikan

Berkaca pada hal tersebut, Ia menekankan produksi dan belanja alat kesehatan dalam negeri harus dimaksimalkan. Pasalnya pada 2022, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menganggarkan belanja alat kesehatan dan obat-obatan sekitar Rp 38 triliun.

Dari jumlah tersebut, sekitar Rp 17 triliun dialokasikan untuk belanja obat, vaksin dan alat kesehatan produksi dalam negeri.

“Dari Rp38-Rp39 triliun belanja, komitmen kita tahun ini sekitar Rp17 triliun untuk belanja dalam negeri, sekarang sudah Rp8 triliun,” ungkapnya.

Guna mencapai target tersebut, pemerintah memerlukan dukungan serta komitmen dari para pelaku usaha dalam upaya mewujudkan kemandirian industri alat kesehatan terutama pasca pandemi Covid-19.

Dukungan salah satunya hadir dari PT. Astra Komponen Indonesia (ASKI) yang telah mampu memproduksi alat-alat kesehatan dalam negeri. Di antaranya produk USG 2D, Antropometri Set, dan Autoclave (sterilization unit) yang resmi diluncurkan pada Selasa 2 November kemarin.

Dengan kemampuan produksi yang dilakukan oleh PT. Astra Komponen Indonesia (ASKI), Budi berharap diikuti dengan peningkatan kapasitas produksinya, dan pengembangan alkes tidak hanya fokus pada alat-alat kesehatan untuk upaya pelayanan kesehatan kuratif, namun juga layanan promotif dan preventif.

“Ke depan bisa Astra produksi alat kesehatan yang sifatnya untuk pemeriksaan dini, seperti alat tes diabetes, hipertensi, tekanan darah dll, jadi nggak perlu ke lab. Kalau bisa mobile, terintegrasi dengan teknologi digital lebih baik lagi. Jadi bidang promotif preventif banyak sekali kesempatannya,” kata Budi.

Baca Juga: Kemenkes Luncurkan E-Katalog Obat dan Vaksin Tahun 2023

Dalam prosesnya produksinya, Budi menyarankan agar perusahaan turut menjalin kerjasama dengan UMKM-UMKM di daerah.

“Nanti yang susah-susah bisa diproduksi di Astra, integrasinya di Astra, tapikan komponen-komponennya bisa dibuat di daerah. Itu saya minta agar ekosistemnya bisa terbentuk, bersama-sama industri dalam negeri bisa meningkat terutama dalam 5 tahun kedepan,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto