Lebih baik siaga hadapi gejolak pasar



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar saham Tanah Air meriang lagi. Dalam tiga hari belakangan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot 3,62% menjadi 6.079,85. Pada periode tersebut, nilai kapitalisasi pasar bursa turun Rp 254 triliun.

Dana asing juga terus hengkang dari pasar modal. Dalam sepekan, net sell investor asing sudah mencapai Rp 3,65 triliun. Aksi beli investor domestik pun tidak mampu menahan penurunan IHSG.

IHSG masih tertekan sentimen luar, terutama kenaikan yield US Treasury. Kemarin, per pukul 17.00 WIB, yield US Treasury mencapai 3,02%, tertinggi dalam empat tahun terakhir. Hal ini mengonfirmasi potensi naiknya suku bunga AS. Analis Paramitra Alfa Sekuritas William Siregar mengatakan, kondisi ini membuat investor asing mengalihkan dananya ke pasar AS, ketimbang ke emerging market.


Selain itu, pelaku pasar mengkhawatirkan kemungkinan Bank Indonesia menaikkan suku bunga untuk mengatasi pelemahan rupiah. Kabar yang beredar di pasar, BI sudah menghabiskan lebih dari US$ 2 miliar dalam tiga hari terakhir. Namun, upaya itu belum mempan memulihkan stamina rupiah ke level yang dinilai normal.

Oleh karena itu, muncul spekulasi bahwa BI akan menaikkan suku bunga. Di mata pasar, menaikkan suku bunga saat ini bisa mengganggu pertumbuhan ekonomi.

Dus, dalam jangka pendek, sentimen ini masih akan mewarnai gerak IHSG. Bahkan, Analis Semesta Indovest Aditya Perdana Putra menilai IHSG bisa tersungkur ke bawah level support 6.000.

Menurut dia, tekanan IHSG cukup masif, dengan menembus di bawah moving average (MA) 200. Level terendah di tahun ini sudah terkonfirmasi, yakni di 6.070. Indikator MACD juga sudah dead cross. Ini jadi sinyal negatif kalau IHSG bisa turun lagi.

Aditya memprediksi IHSG masih turun sepekan ke depan. Bila turun ke bawah 6.000, Aditya menilai, IHSG baru bisa rebound di awal semester kedua. "Ini kalau didukung data-data positif dari dalam negeri," ujar dia.

Dalam jangka panjang, level support IHSG ada di 5.960. Jika tembus, IHSG bisa menguji support baru di 5.840 dengan resistance 6.350.

William masih optimistis IHSG tak akan turun ke bawah 6.000. Secara psikologis, pasar akan mencoba menjaga IHSG agar tak tembus level 5.900. Lantaran itu, William menilai ini saatnya masuk bluechip yang valuasinya sudah murah, seperti BBRI dan HMSP.

Tapi, Aditya menyarankan investor sabar dan tidak gegabah. Dia menyarankan investor wait and see hingga tren penurunan IHSG selesai.

Apalagi rupiah masih ajrut-ajrutan. Dus, investor perlu menunggu data bagus dari dalam negeri yang bisa mengonfirmasi penguatan IHSG.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto