Inonesia adalah pasar yang menggiurkan. Dengan jumlah penduduknya yang besar, peluang untuk berdagang terbuka lebar. Bukan hanya produk lokal yang menuai berkah dari pasar yang melimpah, barang dari luar negeri pun ikut meriuhkan pasar di negeri ini. Tak terkecuali produk-produk
fashion, seperti pakaian, sepatu, tas, dan aksesori lainnya. Boleh dibilang, pasarnya bergairah. Konsumen produk
fashion di Indonesia punya selera masing-masing. Itu sebabnya, produk-produk dari luar negeri juga mendapat tempat di hati konsumen.
Maklum, meski produk yang dihasilkan sama atau punya kemiripan, selalu ada keunikan dari tiap negara, mulai soal desain, kualitas hingga harga. Banyaknya penggemar produk
fashion asal luar negeri inilah yang kemudian menginspirasi segelintir orang untuk terjun menjadi pebisnis. Mereka mendatangkan produk
fashion dari negeri asalnya. Ada pengusaha besar yang lantas membuka gerai untuk merek atau
brand ternama. Ada juga
retailer kecil yang berburu sendiri barang dagangan untuk mengisi toko mereka. Peritel yang berbelanja sendiri ke luar inilah yang banyak bermunculan. Maraknya bisnis gerai daring juga menjadi latar belakang mereka untuk terjun ke bisnis ini. Maklum, dengan gerai daring, mereka bisa memangkas modal untuk merintis bisnisnya. Kemudahan untuk bepergian ke luar negeri pun menjadi faktor pemicu lainnya bagi peritel untuk memulai usahanya. Apakah Anda ingin memulai bisnis
fashion dengan produk yang berasal dari luar negeri? Simak pengalaman pelaku usaha yang menjual produk
fashion impor ini: Datang langsung Sebelum merintis bisnis sendiri, Elyzabeth Ratna Dewi, pemilik Flipersshop, sudah sejak 2011 menjual produk-produk
fashion dari beberapa negara, seperti Hong Kong, Korea, dan Thailand. Namun, selama dua tahun itu, dia hanya berperan sebagai
reseller salah satu distributor besar di Batam. Baru saat liburan keluarga di Thailand, Elyz, panggilan akrabnya, melihat peluang untuk menjadi importir sendiri. Sebab, di sana, perempuan 24 tahun ini menjumpai toko-toko yang menjadi grosir baju lokal dengan kualitas baik. "Di Bangkok ini, saya bisa pilih kualitas dan model sendiri," kata dia. Pada Januari 2013, Elyz akhirnya memutuskan membuka gerai daring sendiri. Perempuan kelahiran Makassar ini cukup berani berbisnis sendiri lantaran dia sudah mempunyai jaringan konsumen di bisnis daringnya. Dia juga sudah memetakan para konsumen yang menyukai koleksi
fashion asal Bangkok. Elyz pun menyebut,
fashion asal Bangkok ini punya beberapa keunggulan, yakni dari bahan yang berkualitas, model yang selalu
up to date, hingga harga yang miring. "Harga baju Bangkok terjangkau oleh konsumen, bahannya juga sesuai dengan yang di gambar," ujar dia. Saat pertama kali belanja, Elyz berburu toko-toko yang mempunyai koleksi sesuai dengan selera konsumennya di Indonesia. Selama dua tahun menjalani bisnis
reseller, dia sudah bisa membaca selera pasarnya. "Apa yang saya suka, kebetulan konsumen juga suka," kata perempuan yang besar di Surabaya ini. Salah satu pertimbangannya adalah memilih koleksi yang menyediakan ukuran besar. Sebab, konsumennya banyak membeli pakaian dengan ukuran besar. Oh, iya, lantaran masih menjadi pemain baru, Elyz bilang, awalnya, dia belum mendapatkan harga yang baik. "Kami masih mendapat toko yang harganya tinggi karena belum dikenal," kata dia. Dua sentra belanja yang selalu menjadi tujuannya adalah Platinum dan Pratunam. Dennis Widjaja, pemilik Flippersshop sekaligus suami Elyz, pun menjelaskan, ada beberapa tingkatan harga yang disebutkan oleh penjaga atau pemilik toko. Mulai harga turis, harga orang lokal, hingga harga grosir, yakni harga khusus jika mengambil dalam partai besar atau ribuan. "Kini, kami selalu mendapat harga terbaik karena kami juga mengenal pemilik toko dengan baik," terang Dennis. Setelah beberapa kali berbelanja, Elyz pun menemukan toko yang bisa menjadi langganan. Dia lebih memilih toko-toko yang mempunyai banyak stok pakaian. Di samping itu, toko-toko yang besar biasanya juga mempunyai pabrik sendiri. "Kami suka toko yang punya pabrik karena stok barang selalu tersedia atau bisa mengusahakan stok sesuai jadwal kami," kata Dennis. Sebab, pertimbangan dalam memilih toko ini juga berkaitan dengan konsep bisnis yang diterapkan Flippersshop, yakni dengan menerapkan sistem
pre-order atau pesan terlebih dulu. Elyz rutin berbelanja ke Bangkok dalam satu hingga dua bulan sekali. Pada saat belanja itu, dia akan membuka
pre-order (PO). Penawaran awal ini biasanya berlangsung hingga 15 hari, sesuai dengan jadwalnya di Bangkok. Dus, jauh sebelum berangkat, Elys sudah mengumumkan jadwal supaya konsumen bersiap. Misalnya, tanggal 1-15. Nah, pada tanggal tersebut, Elyz sudah harus berada di Bangkok dan siap memasang foto-foto baju yang ditawarkannya dalam website, Instagram, Line dan media sosial lainnya. Setiap hari, harus selalu ada foto baru. Ada sekitar sekitar 400-500 helai baju yang ditawarkan selama masa penawaran awal ini. Foto tersebut bisa dari pemasok atau gambar yang dia potret sendiri. "Saya keliling cari model baru karena di Bangkok, model baru keluar tiap hari," jelas Elyz. Setelah masa penawaran selesai, Elyz akan memastikan jumlah pesanan dan memesan lagi bila ada kekurangan. Bahkan, seringkali, dia memesan langsung ke pabrik bila pesanan mencapai ribuan helai. "Sebelumnya, saya harus memastikan pesanan semua bisa terpenuhi sebelum saya pulang ke Indonesia," terang Elyz. Setelah tiga tahun menjalani bisnis ini, Elyz pun sudah punya ratusan toko langganan di Bangkok. Bahkan, pemilik toko itu, saat ini mulai mengirim foto-foto baju terbaru ke Elyz supaya dia mendapat kesempatan pertama untuk berbelanja. "Mereka suka simpan koleksi terbaru untuk kami," cetus dia. Untuk model-model yang dia yakini bakal laris, Elyz juga langsung memborong stok yang ada di toko. "Karena bisa jadi, besok-besok stok sudah habis," cetus dia. Maklum, yang berbelanja di Bangkok ini terdiri dari para pemain grosir yang datang dari berbagai negara, seperti Singapura, Vietnam, India, dan lainnya. Berulangkali order dan selalu memenuhi apa yang telah dipesannya menjadi kunci bagi Elyz dan Dennis mendapat kepercayaan dari pemasok di Bangkok. Selain itu, mereka juga selalu membayar dengan tunai untuk menjaga kepercayaan dengan pemilik pabrik dan toko. "Pokoknya omongan kami selalu tepat, sehingga mereka justru
respect pada kami," ujar Dennis. Pertemuan langsung atau
face to face juga penting untuk menambah keyakinan pemilik toko akan konsumennya. Selama di Bangkok, Elyz menginap di hotel yang dekat dengan pusat belanja demi memudahkan pengiriman barang, baik pengiriman dari pabrik pakaian maupun pengiriman ke Indonesia. Selain kedekatan lokasi, hotel yang aman menjadi pertimbangan lain. "Di Bangkok, ada hotel-hotel yang sudah biasa melayani tamu yang berbisnis baju, sehingga mereka menyiapkan tempat untuk barang dagangan kami," jelas Dennis. Setelah pengepakan selesai, Elyz mengirimkan barang dagangannya lewat jasa pengiriman kargo. Saat awal, dia tak menemui kesulitan dalam pengiriman barang ini karena sudah ada rekomendasi dari sesama pelaku bisnis
fashion dari Bangkok. Jasa kargo yang dipilih juga yang berdekatan dengan lokasi hotel. Pengiriman ini, lanjut Elyz, semudah kita mengirimkan barang untuk tujuan lokal di Indonesia. Dia tinggal memberikan alamat tujuan secara jelas. Elyz tak membutuhkan dokumen khusus. Di Indonesia, dia tinggal menunggu kiriman datang dalam waktu 7-10 hari. "Yang penting, kami mengatakan dengan jujur, apa saja barang yang kami kirimkan," kata Elys. Namun, Dennis memberi saran agar tak sembarangan memilih jasa kirim barang ini. Flippersshop pernah punya pengalaman buruk, kehilangan barang saat pengiriman. "Selain atas rekomendasi, lebih baik Anda juga mengenal pemilik jasa pengiriman ini," ujarnya. Flippersshop banyak melayani konsumen yang merupakan
reseller. Biasanya, mereka juga memiliki toko. Pembelinya sebagian besar datang dari konsumen di luar Pulau Jawa. Elyz mematok harga berbeda antara pembelian grosir dan satuan. Pembelian grosir minimal lima helai setiap model. Banderol harganya berkisar Rp 60.000-Rp 250.000. Untuk pembelian satuan, harga lebih tinggi Rp 20.000. Lantaran melayani pembelian grosir itulah, setiap kali berbelanja ke Bangkok, Elyz bisa membawa 3.000-4.000 helai pakaian sekali belanja. Setiap model, jumlah pesanan bisa mencapai 50-60 helai. "Apalagi untuk model
best seller, kami bisa
repeat order ke pabrik," kata Dennis. Lewat forum Selain datang langsung ke sentra belanja, Anda juga bisa mendapatkan info soal pemasok dari forum-forum diskusi. Jujung John Erwin, pemilik Safestore, pemasok
jersey impor, mengaku mendapatkan pemasok dari forum diskusi soal
jersey. Kaos bola original itu diperolehnya langsung dari
supplier di Inggris. Komunikasi hanya dilakukan lewat dunia maya, di
classicfootballshare.co.uk. "Pemilik
website itu sudah menjamin kalau barangnya original," kata Jujung. Memulai bisnis
jersey sejak 2012, Jujung belanja dalam partai besar setiap menjelang kompetisi liga bola. Nilai belanjaannya bisa mencapai ratusan juta pada kesempatan ini. Dalam setahun, dia melakukan tiga kali pembelian dalam partai besar. Selain belanja partai besar, Jujung juga sesekali beli secara ritel. Pembelian ini biasanya hanya untuk melengkapi stok yang ada. "Karena ada juga beberapa item dari produsen yang dijual untuk umum. Jadi, saya
nitip orang di forum yang bisa akses toko yang menjual barang eksklusif tersebut," kata Jujung. Biasanya, nilai belanja ritel ini mencapai Rp 30 juta–Rp 40 juta. Di luar musim bola, Jujung juga belanja secara ritel dengan sistem kuota berkelipatan 8 helai. "Karena ongkos kirim untuk satu potong
jersey dan 8
jersey sama, jadi saya selalu penuhi kuota," ujar dia.
Untuk pembayarannya, Jujung memanfaatkan fasilitas Paypal. Dia menganggap, transaksi pembayaran ini lebih simpel karena bisa menggunakan kartu kredit dan aman. "Paypal ada jaminan bila ternyata barang yang dikirim tidak original," kata Jujung, yang sudah mengelola lima toko
jersey ini. Asal tahu saja, Jujung pernah punya pengalaman tertipu dalam bisnis ini, ketika barang yang dikirim ternyata bukan produk original. "Saya klaim ke Paypal dan ada pengembalian uang, setelah barang saya kirim balik," terang penggemar bola ini. Selamat mencoba! Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: S.S. Kurniawan