Lebih rendah, RAPBN 2017 ditetapkan Rp 1.737,6 T



JAKARTA. Pemerintah berjanji mengembalikan kredibilitas kebijakan fiskal. Tepat dalam menetapkan target dan realisasi perpajakan menjadi dasar penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Negara (RAPBN) 2017.

Pada sidang Paripurna di DPR, Selasa (30/8), Menteri Keuangan Sri Mulyani bilang, RAPBN tahun anggaran 2017 dirancang lebih realistis sesuai dengan batas-batas kemampuan keuangan negara, tetap bersifat ekspansif dan makin terkendali dengan tingkat defisit sebesar 2,41% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Selain itu, pemerintah juga akan melakukan koreksi fiskal dalam rangka pengamanan pelaksanaan APBN perubahan tahun 2016. Caranya, menghitung ulang proyeksi penerimaan perpajakan yang lebih akurat dan realistis, melakukan pengendalian dan penghematan anggaran belanja. 


"Koreksi ini akan menjadi basis perhitungan RAPBN 2017 yang lebih rasional dan kredibel," ungkapnya.

Anggaran tahun 2017 akan difokuskan pada program pembangunan infrastruktur dan perlindungan sosial berbasis pengentasan kemiskinan.

Pembangunan infrastruktur akan terus dilakukan baik infrastruktur konektivitas, energi dan pertanian dalam mendukung kedaulatan pangan. 

"Hal itu dilakukan dengan berbagai skema, seperti penerapan tarif progresif, bantuan pangan pemberian layanan dasar di bidang pendidikan dan kesehatan," paparnya.

RAPBN 2017 lebih rendah

Sri mulyani menargetkan, RAPBN 2017 akan sebesar Rp 1.737,6 triliun. Meski total lebih rendah dari APBN-P 2016, dia bilang, anggaran Kementerian dan Lembaga (K/L) masih positif.

Untuk belanja K/L dialokasikan Rp 1.310 triliun dan untuk transfer daerah itu rp 760 triliun. Dan defisitnya diperkirakan Rp 332,8 triliun "Kementrian PU masih tertinggi anggaran belanjanya dengan anggaran 105 triliun," katanya.

Pertumbuhan ekonomi masih ditargetkan 5,3%, lebih optimis ketimbang target 2016 yang sebesar 5,2%. Sri Mulyani menganggap, target pertumbuhan tersebut mencerminkan konsensus dari berbagai lembaga dan juga pemerintah.

Konsumsi rumah tangga ditargetkan tumbuh 5,2%, dan konsumsi pemerintah naik 5,4%. Sedangkan investasi ditargetkan naik 6,4%. 

Untuk ekspor dan impor ada dikisaran posistif diperkirakan 1,1% dan 2,2% itu juga dengan catatan kondisi perdagangan dunia masih lemah. 

"Selanjutnya inflasi kita diperkirakan 4% dalam kisaran 3% sampai 5%," katanya.

Kemudian nilai tukar rupiah masih pada kisaran Rp 13.000 per dollar AS. "Sebab dibandingkan dengan negara lain, inflasi kita masih tinggi," katanya.

Harga minyak diperkirakan US$ 45 per barel dalam kisaran US$ 40 - US$ 55. Asumsi lifting minyak sekitar 780.000 barel per hari.  Sedangkan lifting produksi gas 1.100 - 1.200 barrels of oil equivalen per day (BOEPD).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia