Lebih selektif, tahun depan LDR bank diprediksi akan membaik



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun 2019, sejumlah tantangan sudah menanti perbankan. Salah satunya yang telah dirasakan sejak akhir tahun 2018 antara lain masih berlanjutnya pengetatan likuiditas.

Analisis Bank Mandiri menilai tahun depan perbankan akan lebih berhati-hati menyalurkan kredit. Hal ini dikarenakan bank mulai injak rem guna mengamankan posisi likuiditas yang mulai tipis.

Tim ekonom Bank Mandiri memperkirakan, tahun depan pertumbuhan kredit akan berada di kisaran 10,5% dalam kondisi yang relatif stabil. Sejalan dengan hal tersebut, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) diprediksi hanya sekitar 9,8%. Memakai asumsi ini, tingkat loan to deposit ratio (LDR) perbankan bakal membaik ke level 90,9% setelah sempat menyentuh 93% pada akhir tahun 2018.


Sejumlah bank yang dihubungi Kontan.co.id mengamini hal tersebut. Wakil Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Herry Sidharta misalnya, memproyeksi LDR BNI akan ada di kisaran 90% pada tahun 2019.

Hal tersebut tentunya dengan asumsi pertumbuhan kredit dan DPK BNI sejalan dengan kenaikan di dua digit atau minimal 10% pada tahun depan.

"Dijaga di 90% (LDR), target kredit dan DPK dua digit. Minimal 10%," katanya kepada Kontan.co.id, Senin (17/12). 

Nah, bank berlogo 46 ini menyatakan di tahun 2019 ada banyak ketidakpastian ekonomi. Maka dari itu perbankan termasuk BNI tak mau terlalu tinggi dalam menaruh proyeksi kredit, lantaran bank dituntut untuk mengedepankan prinsip kehati-hatian.

"Kalau bank memang harus mengedepankan kehati-hatian. Sesuai dengan kondisi. Kita harus sedia payung sebelum hujan. Kalau tidak hujan, ya payungnya disimpan lagi (ekspansi)," lanjutnya.

Bila merujuk target kredit dan DPK yang dipatok BNI pada tahun ini, proyeksi tahun 2019 terbilang lebih rendah. Sebab, tahun ini BNI memperkirakan setidaknya kredit dan DPK mampu tumbuh pada kisaran 13%-15%. Sementara untuk LDR, BNI berencana untuk menjaga di batas aman yakni di bawah 90%.

Di sisi lain, ada juga bank yang ingin melakukan ekspansi lebih besar di tahun depan. Salah satunya, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim).

Alasannya, Direktur Keuangan Bank Jatim Ferdian Timur Satyagraha bilang kondisi LDR Bank Jatim saat ini masih sangat longgar. Artinya, tidak ada alasan bagi Bank Jatim untuk tidak menginjak gas di tahun depan.

Lihat saja, kalau LDR secara industri sudah menyentuh 93% lebih, bank bersandi emiten BJTM ini masih memiliki LDR sebesar 78,6%. "Tahun ini diprediksi 78,6% dan tahun depan di kisaran 80,5%," katanya Ferdi, sapaan akrab Ferdian.

LDR yang diperkirakan akan meningkat pada tahun depan tersebut utamanya dikarenakan kredit akan didorong untuk tumbuh hingga ke 10% secara year on year (yoy) tahun depan. Sementara DPK Bank Jatim akan dijaga konservatif yaitu 9%.

Sampai akhir tahun 2018 LDR Bank Jatim diperkirakan akan menyentuh 80%, naik dari posisi Oktober 2018 sebesar 64% lantaran adanya pencairan dana Pemda pada akhir tahun.

Catatan saja, sampai dengan akhir Oktober 2018 tercatat total DPK Bank Jatim berhasil tumbuh hingga 9,2% menjadi Rp 52,42 triliun, sebaliknya kredit baru tumbuh 7,23% yoy menjadi Rp 33,34 triliun.

Sementara itu, Direktur Utama PT Bank BRI Agroniaga Tbk (BRI Agro) Agus Noorsanto memperkirakan tahun depan pertumbuhan kredit BRI Agro masih akan tetap agresif.

Alhasil, LDR BRI Agro menurut Agus masih akan ada di level tinggi yakni 92% pada tahun 2019. Hal ini salah satunya dikarenakan pertumbuhan kredit diperkirakan mencapai 30% sementara LDR sedangkan DPK dipatok tumbuh 28% saja.

Meski terlihat tinggi, proyeksi kredit tersebut diakui Agus agak menurun dari tahun ini yang diperkirakan mampu tumbuh sebesar 40%.

Menurunnya target kredit tersebut dikarenakan perbankan akan lebih selektif menyalurkan kredit lantaran pengetatan likuiditas, ditambah permintaan kredit yang dinilai tak akan sekencang tahun ini.

"Yang pasi bank itu harus prudent, (permintaan kredit) turun sedikit tapi secara nominal delta tetap naik, dan likuiditas memang menjadi sorotan tahun depan," ungkapnya.

Walau LDR bakal tetap tinggi, anak usaha PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) ini tak begitu khawatir lantaran pihaknya masih memiliki pendanaan dari wholesale untuk memenuhi permintaan kredit.

Salah satu dananya didapat dari penerbitan penawaran umum terbatas (PUT) VIII pada September lalu dengan perolehan dana Rp 2 triliun. Ia menyebut, bila diperlukan tidak menutup kemungkinan tahun depan BRI Agro akan kembali melakukan aksi korporasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi