JAKARTA. Febriati Nadira merasa tenang karena di usia muda sudah memiliki berbagai investasi. Executive VP Corporate Communication Mandiri Sekuritas ini mengaku telah berinvestasi sejak pertama kali ia bekerja. Ira, begitu dia dipanggil, mengawali investasi lewat instrumen konvensional, seperti properti dan logam mulia. "Kebetulan teman-teman kantor saat itu sudah
aware dengan investasi. Apalagi melihat lahan semakin lama makin mahal. Jadi tabungan dan bonus saya sisihkan pelan-pelan untuk membeli properti," tuturnya. Hingga kini, ia cukup puas dengan properti yang ia miliki di Jakarta Selatan dan Surabaya. "Ada tanah, apartemen, dan rumah. Semuanya belum disewakan maupun tergarap. Namun, jika nilainya nanti sudah mencapai target yang saya mau, akan saya lepas," ucapnya.
Ira masih betah menggenggam investasi properti tersebut hingga saat ini. Padahal, pernah ada calon pembeli yang menawar apartemennya di Jakarta Selatan dengan harga 30% di atas harga belinya pada tahun 2009 silam. Namun, ia memilih bersabar untuk mendapatkan target harga yang diinginkannya. Saat ini, harga properti dia di Jakarta sudah naik tiga kali lipat ketimbang harga beli. Tak hanya membeli tanah dan apartemen, Ira juga suka membeli logam mulia. Ada alasan tersendiri bagi dia untuk berinvestasi emas. Ibu dua anak ini berencana menyimpan emas untuk tabungan pendidikan anak-anaknya hingga kuliah nanti. Melihat pengalaman temannya yang sudah memiliki anak di bangku kuliah, Ira sudah memiliki visi ke depan untuk menyimpan investasi pendidikan si anak kelak. Maka, ia mencoba memperkirakan biaya kuliah yang harus dikeluarkan dan mengkonversikan dengan jumlah emas yang harus ia beli. Asumsi yang ia gunakan dalam satu semester habis biaya kuliah Rp 20 juta. Jadi untuk 10 semester biayanya sekitar Rp 200 juta. "Saya cenderung memilih emas, ketimbang asuransi pendidikan, sebab emas harganya bisa terlindungi dari inflasi," papar dia. Apalagi, perempuan berdarah Madura ini sudah terbiasa dengan tradisi keluarga yang menyimpan emas dan harta benda untuk warisan. Awalnya, Ira memang memilih asuransi pendidikan untuk anak-anaknya. Namun, dana asuransi ini ia tarik dan dibelikan emas. "Saya melihat perkembangan dananya tak sesuai harapan," ujar perempuan 38 tahun ini. Dia tak meninggalkan semua produk asuransi. Saat ini Ira masih tetap mempertahankan keikutsertaannya di asuransi jiwa. Belum puas dengan properti dan emas, Ira menambah portofolio investasi di penanaman modal kerja. Sudah tiga tahun ini dia menyuntikkan dana untuk proyek yang digarap rekan-rekannya. Setiap akhir tahun, profitnya cukup memuaskan, sehingga ia tak keberatan untuk terus berinvestasi. "Daripada uang menganggur, mendingan untuk menambah gain," imbuhnya.
Belasan tahun makan asam garam di perusahaan telekomunikasi yang membesarkan namanya, beberapa waktu lalu dia pindah kerja ke perusahaan sekuritas, Mandiri Sekuritas. Di perusahaan ini, ia mempelajari banyak hal yang berkaitan dengan pasar modal, kebijakan ekonomi makro dan mikro, regulasi, dan sebagainya. Selain pengetahuan baru, Ira pun memperluas diversifikasi portofolio. "Pekerjaan mengharuskan saya untuk memahami pasar modal. Masak kami jualan, tapi enggak paham produk sendiri," canda Ira. Namun, Ira belum berani terlalu agresif bermain saham. "Aku tipe moderat, dan cenderung memilih saham blue chips, seperti kelompok LQ45," ucapnya. Di usianya yang belum mencapai 40 tahun, Ira mengaku nyaman dengan diversifikasi portofolio investasi yang ia miliki. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati