KONTAN.CO.ID - Hari Jadi Kota Salatiga diperingati setiap tanggal 24 Juli. Salatiga adalah kota tertua kedua di Indonesia. Sejarah Salatiga bisa ditelusuri melalui Prasasti Plumpungan, namun ada pula sejarah Salatiga versi legenda yang diyakini sebagai asal usul nama Salatiga. Kota Salatiga berdiri sejak 24 Juli 750 Masehi. Sehingga, sampai saat ini usia Kota Salatiga mencapai 1.273 tahun. Sejarah Salatiga bersumber dari Prasasti Plumpungan yang berada di Dukuh Plumpungan, Kelurahan Kauman Kidul, Kecamatan Sidorejo.
Baca Juga: Mendag Zulkifli Tinjau Bapok di Pasar Blauran I Salatiga, Harga Bapok Cenderung Turun Pada zaman penjajahan Belanda telah cukup jelas batas dan status Kota Salatiga, berdasarkan Staatblad 1917 No. 266 mulai 1 Juli 1917 didirikan Stood Gemente Salatiga yang daerahnya terdiri dari 8 desa. Pada saat itu, Salatiga dijuluki sebagai kota terindah di Jawa Tengah karena dukungan faktor geografis, udara sejuk dan letaknya sangat strategis. Meski demikian, masih ada sejarah Salatiga versi legenda yang diyakini sebagai asal usul nama Salatiga. Lantas, seperti apa sejarah Salatiga versi legenda?
Baca Juga: Cek Pasar Raya I Salatiga, Mendag Zulkifli Hasan: Harga Bapok Stabil & Pasokan Cukup Sejarah Salatiga versi legenda dan asal usul nama Salatiga
Asal usul nama Salatiga berdasarkan kisah yang terjadi pada masa kepemimpinan Kota Semarang oleh Adipati Pandanarang.Dirangkum dari buku "
30 Cerita Rakyat Indonesia Tentang Asal Usul Penamaan Suatu Daerah di Indonesia" (2023) Adipati Pandanarang memiliki istri bernama Nyai Pandanarang dan dikenal sebagai pemimpin yang jujur, tetapi juga menyukai harta benda yang berlimpah. Sifat kurang baik adipati Pandanarang terdengar oleh Sunan Kalijaga, seorang wali yang arif dan bijaksana. Sunan Kalijaga berniat mengingatkan Pandanarang dengan menyamar sebagai tukang rumput. Ketika lewat di halaman kabupaten, Adipati Pandanarang menawar rumput dengan harga yang sangat rendah. Penjual rumput setuju dan meletakan rumputnya di kandang.
Baca Juga: Mendag Zulkifli Tinjau Bapok di Pasar Blauran I Salatiga, Harga Bapok Cenderung Turun Sebelum pergi, ia menyelipkan uang lima sen di antara rerumputan. Uang tersebut ditemukan oleh abdi dalem yang segera melapor kepada Pandanarang. Kejadian ini terus berulang. Pandanarang kemudian menanyakan asal usul tukang rumput tadi dan apakah dia tidak membutuhkan uang. Tukang rumput menjawab bahwa ia bisa mendapatkan emas dengan mencangkul tanah. Dia juga tidak membutuhkan benda duniawi karena tidak abadi. Pandanarang lalu menyuruh abdi mengambil cangkul. Tukang rumput itu pun menyangkul tanah dan menemukan emas permata.
Baca Juga: Nilai Investasi Rp 258,76 Triliun, 37 PSN di Jawa Tengah Serap 66.000 Tenaga Kerja Pandanarang terkejut dan merasa kerdil. Lalu, tukang rumput mengatakan bahwa dia adalah Sunan Kalijaga. Selanjutnya, Pandanarang ingin berguru ke Sunan Kalijaga. Istrinya pun ikut namun dengan syarat tidak boleh membawa harta benda. Syarat tersebut dirasa berat oleh istrinya yang tetap membawa emas permata dalam tongkat bambunya saat perjalanan mengikuti suami dan Sunan Kalijaga. Di tengah jalan, Nyai Pandanarang dihadang oleh perampok yang mengambil emas permata dalam tongkat bambunya. Ketika berhasil bertemu dengan suaminya dan Sunan Kalijaga, Nyai Pandanarang menceritakan kejadian perampokan sambil menangis.
Baca Juga: Pembebasan Lahan Hampir Rampung, PUPR Akan Bangun Exit Tol Pattimura Salatiga Sunan Kalijaga pun mengatakan bahwa ada tiga pihak yang melakukan kesalahan di sini yakni Nyai Pandanarang, Pandanarang, dan perampok.
Sehingga, kelak tempat tersebut akan menjadi kota yang ramai dan disebut dengan "Salah Tiga". Pada perkembangannya, nama Salah Tiga bergeser ucapannya menjadi Salatiga. Itulah asal usul nama Salatiga, sejarah Salatiga, dan sejarah Salatiga versi legenda.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News