Lego sukuk, Muamalat target kantongi Rp 70 Miliar



MAKASSAR. PT Bank Muamalat Indonesia membidik dana Rp 70 miliar dari aktivitas usahanya melego sukuk ritel negara seri SR-003. Ini berarti naik 75% dibandingkan pencapaian penjualan sukuk sebelumnnya, SR-002, sebesar Rp 40 miliar pada 2010 lalu.Director of International Banking and Finance Institution Bank Muamalat Farouk Abdullah Alwyni menuturkan, optimisme itu tercermin dari realisasi penjualan sukuk yang sejak pembukaan pada 7 Februari 2011 lalu hingga saat ini sudah meraup dana sebesar Rp 10 miliar.“Melihat pengalaman sebelumnya, trennya, penjualan sukuk bakal ramai dan meningkat jelang batas akhir penutupan,” imbuh Farouk di Makasar, Sulawesi Selatan, akhir pekan lalu.Sebagai informasi, sebetulnya Bank Muamalat mendapat kuota untuk menjual sukuk hingga Rp 100 miliar. Namun, kenyataannya, kebanyakan pembeli sukuk ritel masih berasal dari nasabah lama Bank Muamalat itu sendiri. Itupun didominasi di wilayah DKI Jakarta.Oleh karen itu, Farouk mengungkapkan, pihaknya bakal lebih gencar memasarkan penjualan sukuk ke luar Pulau Jawa. Misalnya, ke Kawasan Timur Indonesia (KTI).Alasannya, perekonomian di wilayah timur sedang berkembang, dan pertumbuhan positif produk perbankan syariah.Contohnya, walaupun wilayah timur dipadati penduduk yang notabene lebih dari 50% non-muslim, tetapi kontribusi KTI terhadap total bisnis Bank Muamalat melebihi 20% pada tahun lalu. “Jadi, kami akan optimalkan penjualan sukuk di wilayah timur, terutama Makasar yang menjadi sentra bisnis di KTI,” terang Farouk.

Untuk pemasaran sukuk ritel negara ini, Bank Muamalat bekerjasama dengan PT Andalan Artha Advisindo (AAA Sekuritas), agen penjual sukuk resmi yang ditunjuk pemerintah.Masa penawaran sukuk dengan akad ijarah (sewa menyewa) tersebut berlangsung hingga 18 Februari 2011. Kemudian, pemerintah akan mengeluarkan daftar investor yang melakukan pemesanan pada 21 Februari 2011. Barulah dua hari setelahnya dilakukan pencatatan pada bursa.Adapun, dari sisi aset, Direktur Keuangan Bank Muamalat Hendiarto mengaku, pihaknya mengincar pertumbuhan sebanyak 30%-50% di sepanjang tahun ini, dibanding aset 2010 lalu, sejumlah Rp 21,4 triliun. “Pertumbuhan tersebut akan ditopang, terutama oleh lini bisnis ritel, seperti, usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM),” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Dupla Kartini