JAKARTA. Hari ini, Kamis (31/1) tepat satu tahun PT Metro Batavia Air alias Batavia Air resmi berhenti terbang. Maskapai ini harus menerima keputusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat yang menyatakan pailit akibat tak sanggup lagi untuk membayar utang-utangnya.Awalnya, Batavia Air memiliki utang sewa pesawat Airbus US$ 4,68 juta dari International Lease Finance Corporation (ILFC). Perusahaan asal Amerika inilah yang menggugat pailit. Dalam kondisi ini, sulit, mustahil Batavia Air bisa bayar utang, bahkan untuk beroperasi saja tak bisa, lantaran pemilik pesawat menarik pesawat sehingga tinggal menyisakan 14 pesawat.Kini aset sisa Batavia Air tengah dilego oleh kurator melunasi utang–utangnya. Berdasarkan catatan kurator, total utang Rp 1,2 triliun. Terdiri atas tagihan kreditur konkuren Rp 782,6 miliar, kreditur separatis Rp 244,2 miliar, dan kreditur preferen. Sementara utang pajak Rp 48,09 miliar, plus kewajiban kepada karyawan Rp 151,6 miliar.Celakanya, aset sisa di Batavia Air tinggal Rp 500 miliar. Karena itu bukan pekerjaan mudah untuk membereskan aset pailit Batavia Air. Bulan Mei tahun lalu, Bank Muamalat hanya bisa menjual tujuh boedel pailit senilai Rp 60 miliar berupa tanah dan bangunan di Pontianak, Tangerang, dan Jakarta. Sementara, Bank Capital mampu melelang aset senilai Rp 8,5 miliar.Alba Sukmahadi kurator Batavia Air menceritakan, aset ini susah dijual. Misalnya dua pesawat Airbus dan enam Boeing 737-300. Rabu (29/1), kurator gagal menjual spare part tool. "Penawaran yang masuk nilainya Rp 12 miliar. Mereka bilang harga terlalu mahal," kata Alba.Meski demikian, kurator tak putus asa. Dalam waktu dekat mereka akan melelang mesin pesawat. "Target bakal dilakukan Februari mendatang," kata ketua tim kurator Turman M Panggabean.Selebihnya, tim kurator masih menunggu penilaian dari appraisal atas sejumlah aset. Sebut saja dua pesawat Boeing 737-300 dan satu pesawat yang masih diperbaiki di PT Dirgantara Indonesia (DI). Kurator menargetkan penjualan rampung Mei mendatang. Eks pekerja Batavia Air terus memelototi proses penjualan aset kepailitan ini. Mereka ingin memastikan pembayaran pesangon bagi 3.000 eks pekerja yang nilainya Rp 151 miliar. "Kalau kurang, kami minta PPATK ikut menelusuri aset Batavia," terang Odie Hudiyanto, pengacara dari eks karyawan Batavia Air.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Lelang Aset Bekas Batavia Air Tak Laku
JAKARTA. Hari ini, Kamis (31/1) tepat satu tahun PT Metro Batavia Air alias Batavia Air resmi berhenti terbang. Maskapai ini harus menerima keputusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat yang menyatakan pailit akibat tak sanggup lagi untuk membayar utang-utangnya.Awalnya, Batavia Air memiliki utang sewa pesawat Airbus US$ 4,68 juta dari International Lease Finance Corporation (ILFC). Perusahaan asal Amerika inilah yang menggugat pailit. Dalam kondisi ini, sulit, mustahil Batavia Air bisa bayar utang, bahkan untuk beroperasi saja tak bisa, lantaran pemilik pesawat menarik pesawat sehingga tinggal menyisakan 14 pesawat.Kini aset sisa Batavia Air tengah dilego oleh kurator melunasi utang–utangnya. Berdasarkan catatan kurator, total utang Rp 1,2 triliun. Terdiri atas tagihan kreditur konkuren Rp 782,6 miliar, kreditur separatis Rp 244,2 miliar, dan kreditur preferen. Sementara utang pajak Rp 48,09 miliar, plus kewajiban kepada karyawan Rp 151,6 miliar.Celakanya, aset sisa di Batavia Air tinggal Rp 500 miliar. Karena itu bukan pekerjaan mudah untuk membereskan aset pailit Batavia Air. Bulan Mei tahun lalu, Bank Muamalat hanya bisa menjual tujuh boedel pailit senilai Rp 60 miliar berupa tanah dan bangunan di Pontianak, Tangerang, dan Jakarta. Sementara, Bank Capital mampu melelang aset senilai Rp 8,5 miliar.Alba Sukmahadi kurator Batavia Air menceritakan, aset ini susah dijual. Misalnya dua pesawat Airbus dan enam Boeing 737-300. Rabu (29/1), kurator gagal menjual spare part tool. "Penawaran yang masuk nilainya Rp 12 miliar. Mereka bilang harga terlalu mahal," kata Alba.Meski demikian, kurator tak putus asa. Dalam waktu dekat mereka akan melelang mesin pesawat. "Target bakal dilakukan Februari mendatang," kata ketua tim kurator Turman M Panggabean.Selebihnya, tim kurator masih menunggu penilaian dari appraisal atas sejumlah aset. Sebut saja dua pesawat Boeing 737-300 dan satu pesawat yang masih diperbaiki di PT Dirgantara Indonesia (DI). Kurator menargetkan penjualan rampung Mei mendatang. Eks pekerja Batavia Air terus memelototi proses penjualan aset kepailitan ini. Mereka ingin memastikan pembayaran pesangon bagi 3.000 eks pekerja yang nilainya Rp 151 miliar. "Kalau kurang, kami minta PPATK ikut menelusuri aset Batavia," terang Odie Hudiyanto, pengacara dari eks karyawan Batavia Air.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News