Lelang gula rafinasi kerek biaya produksi 22,5%



KONTAN.CO.ID - Lelang gula rafinasi melalui pasar lelang komoditas menjadi polemik. Melalui Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No.16 tahun 2017 tentang perdagangan gula kristal rafinasi (GKR) melalui pasar lelang komoditas, proses lelang gula memasuki babak baru. Di mana semua transaksi atau jual beli GKR bagi industri makanan dan minuman harus melalui pasar lelang.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perdagangan No.684 tahun 2017 yang diteken 12 Mei 2017 lalu, PT Pasar Komoditas Jakarta ditunjuk sebagai penyelenggara pasar lelang GKR.

Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan (Kemdag) Bachrul Chairi mengatakan, lelang GKR diselenggarakan 1 Oktober 2017. "Bahkan sudah soft launching untuk perdagangan GKR secara voluntary sudah terjadi," ujarnya kepada KONTAN, Jumat (8/9).


Ketua Asosiasi Industri Minuman Ringan (ASRIM) Asrim Triyono Pridjosoesilo mengatakan, kebijakan baru ini akan menambah mata rantai dan biaya transaksi GKR bagi industri. Menurutnya, potensi kenaikan harga GKR bagi industri makan dan minuman bisa mencapai 15% hingga 30%.

Kemudian dampaknya pada harga bervariasi tergantung komposisi komponen gula dalam produk makanan dan minumannya.

Bila dalam produk minuman seperti sirup yang komponen gula bisa antara 60% sampai 75%. Dengan komponen sebesar itu, maka potensi kenaikan biaya produksi mencapai 22,5%. "Ini akan menjadi additional cost bagi industri," ujarnya.

Industri yang terkena dampak paling besar akibat beleid ini adalah yang berbahan baku utama gula. Apalagi berdasarkan informasi yang diterima ASRIM biaya transaksi terkait dengan lelang gula itu mencapai Rp 85.000 bagi kontrak yang sudah berjalan dan Rp 100.000 bagi spot order. Dan parahnya, biaya ini dibebankan ke pabrik gula rafinasi.

Tentunya biaya akhir dari kenaikan ini akan dibebankan ke konsumen. Tentu saja konsumen yang akan menanggung kenaikan biaya tersebut. "Secara overall kami melihat sistem lelang gula ini akan menjadi high cost economy bagi industri makanan dan minuman," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto