KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) telah melakukan lelang perdana instrumen barunya, Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). Hasil lelang perdana tersebut menunjukkan antusias yang tinggi dari industri perbankan. Terbukti, total penawaran dari SRBI untuk tenor 6 bulan, 9 bulan, hingga 12 bulan mencapai Rp 29,86 triliun. Di mana, tenor 12 bulan menjadi yang paling tinggi ditawar mencapai Rp 18,38 triliun. Sementara itu, total yang dimenangkan dalam lelang SRBI tersebut mencapai Rp 24,45 triliun. Berdasarkan informasi dari sistem lelang instrumen itu, target BI hanya sekitar Rp 7 triliun.
Baca Juga: Sekuritas Rupiah BI Jadi Sumber Cuan Baru Bank Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Edi Susianto berkomentar singkat terkait hasil lelang tersebut. Ia hanya bilang hasil lelang tersebut sudah sesuai dengan harapan. “Lumayan banyak bank yang ikut, sekitar 32 bank yang partisipasi dalam lelang SRBI ini,” ujar Edi. Sebagai informasi, Lelang SRBI akan dilakukan dua kali setiap minggu, yaitu setiap Rabu dan Jumat. Lelang SRBI akan kembali dilakukan pada 20 September 2023. Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede melihat bahwa permintaan dari SRBI ini tergolong tinggi, terutama untuk tenor 12 bulan. Ia bilang hasil tersebut juga tidak berbeda jauh dari hasil lelang reverse repo sebelumnya. Ia menilai hasil lelang instrumen baru BI ini membuktikan bahwa likuiditas perbankan masih memadai. Oleh karenanya, momentum ini digunakan untuk perbankan masuk ke instrumen tersebut. “SRBI ini berindikasi menjadi salah satu instrumen yang berpotensi menggantikan reverse repo yang 6,9,12 bulan,” ujar Josua. Terlebih, ia menilai bahwa imbal hasil SRBI ini juga cukup menarik jika dibandingkan dengan surat berharga negara yang 5 tahun. Sebagai perbandingan, imbal hasil SRBI tenor 12 bulan ini sekitar 6,35% hingga 6,60%. “Kalau SBN 5 tahun saat ini kan 6,4%, itu kan lebih baik untuk bank yang SRBI ini. Ini kan memang semangat BI sebagai pendalaman pasar,” ujarnya. Ekonom Bank Danamon Irman Faiz bilang animo yang tinggi itu karena bunga yang ditawarkan cukup menarik. Terlebih, bisa dibilang kompetitif dengan alternatif aset lain yang fiturnya serupa. “Pajaknya juga relatif kompetitif dibandingkan aset lainnya,” ujarnya.
Baca Juga: Terbit Besok, Perbankan Bersiap Menjual SRBI kepada Nasabah Lewat Pasar Sekunder Oleh karena itu, Ia melihat mayoritas bank juga pasti ikut dalam pelaksanaan lelang perdana instrumen ini.
Sebelumnya, Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja mengungkapkan bahwa BCA tertarik untuk menyerap SBRI. “Untuk absorp kalau ada kelebihan likuiditas,” ujar Jahja. Memang, Jahja menyadari bahwa saat ini BCA tengah menghadapi kelebihan likuiditas. Sebagai informasi, LDR BCA di periode semester I-2023 tercatat di level 65,7%, naik tipis dari periode sama tahun lalu di level 63,5%. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi