Lelang sukuk diwarnai permintaan yield tinggi



JAKARTA. Lelang surat berharga syariah negara (SBSN) atau sukuk negara diwarnai permintaan imbal hasil tinggi. Investor meminta imbal hasil pada dua seri SBSN yang ditawarkan, yakni PBS 005 dan PBS 006 lebih tinggi dibandingkan dibandingkan lelang sebelumnya.

Pada lelang ini, seri PBS005 (reopening) mengalami permintaan dengan imbal hasil terendah yang masuk 9,12% dan imbal hasil tertinggi yang masuk 9,75%. Adapun permintaan yang masuk dari investor untuk seri ini mencapai Rp 703 miliar. Permintaan imbal hasil tersebut lebih tinggi dibandingkan lelang dua pekan sebelumnya, dimana permintaan imbal hasil terendah dan tertinggi yang masuk masing-masing 9,06% dan 9,75%.

Seri PBS006 (reopening) juga mengalai permintaan imbal hasil tinggi. Seri ini mencatat permintaan yang masuk sebesar Rp 386 miliar dengan imbal hasil terendah yang masuk sebesar 8,25% dan imbal hasil tertinggi sebesar 8,75%. Adapun pada lelang sebelumnya, seri ini mengalami permintaan imbal hasil terendah yang masuk sebesar 8,18% dan imbal hasil tertinggi 8,75%.


Pemerintah juga menawarkan seri SPN0S10032015 (reopening) pada lelang ini. Seri ini mencatat total permintaan yang masuk sebesar Rp 2,5 triliun dengan imbal hasil terendah 6,68% dan imbal hasil tertinggi 7,75%.

Pemerintah hanya memenangkan permintaan dari seri SPN-S10032015 dan PBS005. Seri SPN-S10032015 diserap Rp 930 miliar dengan dengan yield rata-rata tertimbang 6,74% dan tingkat imbalan diskonto.  Seri yang akan jatuh tempo 10 maret 2015 ini mengalami bid tocover ratio 2,76 kali.

Kemudian, seri PBS005 dimenangkan Rp 570 miliar dengan yield rata-rata tertimbang 9,20% dan tingkat imbalan 6,75%. Seri yang akan jatuh tempo 15 April 2043 ini mengalami bid to cover ratio 1,23 kali.

Dengan demikian, pemerintah hanya memenangkan Rp 1,5 triliun dari total permintaan yang masuk sebesar Rp 3,65 triliun.

Fixed Income Analyst BNI Securities I Made Adi Saputra mengatakan tingginya permintaan imbal hasil disebabkan oleh merangkak naiknya yield obligasi surat utang negara (SUN) di pasar sekunder dibandingkan kondisi lelang sebelumnya.

Dalam sepekan sebelumnya, pasar obligasi diwarnai tekanan, dimana sempat bergerak positif menjelang akhir pekan walaupun tidak signifikan. Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) mencatat rata-rata harga obligasi pemerintah atau IBPA IGBI Clean Price Index turun menjadi 111.695 pada Jumat (19/9) akhir pekan dibandingkan Jumat (12/9) sebelumnya yang sekitar 112.166. Sebaliknya,  rata-rata yield obligasi pemerintah atau IBPA IGBI Effective Yield Index naik dari 8,2% menjadi 8,3% pada periode yang sama. Sementara Indeks Obligasi HSBC melemah 0,4% secara week on week.

"Tingginya jumlah permintaan pada seri bertenor pendek SPN-S10032015 mengindikasikan bahwa investor yang masuk didominasi oleh perbankan," ujar Made, Jakarta, Selasa (23/9).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie