Lelang Sukuk Hanya Serap 20% dari Target



JAKARTA. Sejatinya, pamor Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) alias sukuk negara masih memikat. Lihat saja, jumlah penawaran yang masuk dalam lelang sukuk kemarin (27/4), mencapai Rp 1,92 triliun. Angka ini di atas target indikatif senilai Rp 1 triliun.

Meski penawarannya cukup tinggi, pemerintah hanya mengeksekusi Rp 200 miliar. Bahkan, penawaran yang dikabulkan hanya satu seri, yaitu IFR0003. Seri ini memberikan yield tertimbang 8,25%, dengan masa berlaku hingga 15 September 2015.

Padahal, dalam lelang kemarin, pemerintah menawarkan lima seri sukuk. Selain IFR0003, empat seri lainnya meliputi IFR0005 yang jatuh tempo 15 Maret 2017, seri IFR0006 dengan masa jatuh tempo 15 Maret 2030, seri IFR0007 pada 15 Januari 2025. Terakhir, IFR0008 yang akan jatuh tempo 15 Maret 2020.


Pemerintah mengambil penawaran atas sukuk seri IFR0003 lantaran memberikan yield paling rendah, yakni 8,25%. Adapun yield tertinggi dalam lelang sebesar 10,25%.

Dahlan Siamat, Direktur Pembiayaan Syariah Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan, mengatakan, investor meminta yield yang lebih tinggi dari patokan pemerintah. "Tapi kami harus konsisten berpatokan pada harga acuan dan yield SUN berdasarkan kondisi pasar saat ini," katanya. Sehingga, tidak merusak pasar surat utang.

Menurut Dahlan, penerbitan sukuk sudah sesuai kalender penerbitan dan targetnya masih sejalan dengan rencana pemerintah. Ariawan, analis Obligasi Trimegah Securities, menilai, saat ini pemerintah tak terlalu memperhitungkan jumlah dana yang terserap. "Tapi lebih mempertimbangkan biaya yang ditanggung," jelasnya.

Dia menambahkan, pemberian yield sukuk sudah sesuai kondisi pasar. Artinya, pemerintah juga tak memberikan yield yang terlalu rendah.

Analis Obligasi Bank Danamon, Helmi Arman, melihat investor masih memburu yield tinggi sebagai kompensasi dari pasar sukuk yang belum terlalu likuid.

Investor banyak memburu seri yang memiliki tenor pendek sebagai antisipasi terhadap kenaikan bunga. Tapi, menurut dia, penyerapan yang tak terlalu besar tidak akan memberikan pengaruh signifikan terhadap pasar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Test Test