JAKARTA. Lelang surat berharga syariah negara (SBSN) atau sukuk pada Selasa (10/4), diserbu investor. Total penawaran yang masuk dalam lelang kali ini mencapai Rp 7,06 triliun atau mengalami kelebihan permintaan (oversubcribed) 7 kali ketimbang target indikatif yang dipatok pemerintah sebesar Rp 1 triliun. Pemerintah akhirnya menyerap penawaran dari investor sekitar Rp 1,9 triliun, melebihi target indikasi yang sebesar Rp 1 triliun.Seri anyar bertenor pendek SPN-S 11102012 yang jatuh tempo 11 Oktober 2012 mendapatan penawaran terbanyak, yaitu mencapai Rp 2,4 triiun. Penawaran yield tertinggi yang masuk mencapai 4,7%, dan yield terendah 37%. Namun pemerintah memutuskan untuk tidak menyerap penawaran dari investor.Adapun empat seri yang diserap pemerintah, yaitu Seri PBS001 bertenor 4 tahun dengan penyerapan mencapai Rp 1 triliun. Tingkat imbal hasil 4,4% dan yield rata-rata tertimbang 5,3%. Kemudian, seri PBS002 bertenor 10 tahun diserap Rp 100 miliar tingkat imbalan 5,4% dan yield rata-rata tertimbang 6,1%. Lalu, Seri PBS003 bertenor 15 tahun dengan penyerapan Rp 550 miliar, dan tingkat imbalan 6%, serta yield rata-rata tertimbang 6,5%.Dan, Seri PBS004 bertenor 25 tahun yang diserap sebesar Rp 250 miliar. Tingkat imbal hasilnya 6,1% dan yield rata-rata tertimbang 6,9%. Pengamat sukuk Imam MS mengatakan, banyaknya penawaran yang masuk dipengaruhi oleh pengumuman laju inflasi yang lebih rendah dibandingkan ekspektasi pasar. Oleh karena itu, investor mulai berani masuk ke sukuk."Setelah kenaikan BBM (bahan bakar minyak) ditunda, setidaknya masih ada ruang hingga enam bulan kedepan seiring dengan kebijakan pemerintah yang ingin mengamati pergerakan harga minyak dunia. Sehingga investor memutuskan untuk masuk," ujar Imam, Selasa (10/4).Dia menduga, tren inflasi akan tertekan memasuki bulan Juni, Juli, dan Agustus nanti karena libur sekolah dan memasuki Ramadhan. Kendati demikian, harga sukuk diprediksi relatif lebih stabil dibandingkan surat utang negara (SUN) konvensional. "Sukuk likuiditas dan pemainnya terbatas sehingga harganya tidak akan bergejolak seperti SUN. Sebab, di sukuk juga tidak terlalu banyak diperdagangkan," tutur Imam.
Lelang sukuk oversubcribed 7 Kali
JAKARTA. Lelang surat berharga syariah negara (SBSN) atau sukuk pada Selasa (10/4), diserbu investor. Total penawaran yang masuk dalam lelang kali ini mencapai Rp 7,06 triliun atau mengalami kelebihan permintaan (oversubcribed) 7 kali ketimbang target indikatif yang dipatok pemerintah sebesar Rp 1 triliun. Pemerintah akhirnya menyerap penawaran dari investor sekitar Rp 1,9 triliun, melebihi target indikasi yang sebesar Rp 1 triliun.Seri anyar bertenor pendek SPN-S 11102012 yang jatuh tempo 11 Oktober 2012 mendapatan penawaran terbanyak, yaitu mencapai Rp 2,4 triiun. Penawaran yield tertinggi yang masuk mencapai 4,7%, dan yield terendah 37%. Namun pemerintah memutuskan untuk tidak menyerap penawaran dari investor.Adapun empat seri yang diserap pemerintah, yaitu Seri PBS001 bertenor 4 tahun dengan penyerapan mencapai Rp 1 triliun. Tingkat imbal hasil 4,4% dan yield rata-rata tertimbang 5,3%. Kemudian, seri PBS002 bertenor 10 tahun diserap Rp 100 miliar tingkat imbalan 5,4% dan yield rata-rata tertimbang 6,1%. Lalu, Seri PBS003 bertenor 15 tahun dengan penyerapan Rp 550 miliar, dan tingkat imbalan 6%, serta yield rata-rata tertimbang 6,5%.Dan, Seri PBS004 bertenor 25 tahun yang diserap sebesar Rp 250 miliar. Tingkat imbal hasilnya 6,1% dan yield rata-rata tertimbang 6,9%. Pengamat sukuk Imam MS mengatakan, banyaknya penawaran yang masuk dipengaruhi oleh pengumuman laju inflasi yang lebih rendah dibandingkan ekspektasi pasar. Oleh karena itu, investor mulai berani masuk ke sukuk."Setelah kenaikan BBM (bahan bakar minyak) ditunda, setidaknya masih ada ruang hingga enam bulan kedepan seiring dengan kebijakan pemerintah yang ingin mengamati pergerakan harga minyak dunia. Sehingga investor memutuskan untuk masuk," ujar Imam, Selasa (10/4).Dia menduga, tren inflasi akan tertekan memasuki bulan Juni, Juli, dan Agustus nanti karena libur sekolah dan memasuki Ramadhan. Kendati demikian, harga sukuk diprediksi relatif lebih stabil dibandingkan surat utang negara (SUN) konvensional. "Sukuk likuiditas dan pemainnya terbatas sehingga harganya tidak akan bergejolak seperti SUN. Sebab, di sukuk juga tidak terlalu banyak diperdagangkan," tutur Imam.