Lelang Sukuk Selasa (17/5) Diperkirakan Sepi Peminat, Ini Sebabnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah akan menggelar lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara pada Selasa, 17 Mei 2022. Pada lelang kali ini pemerintah menetapkan target indikatif sebesar Rp 9 triliun.

Dilansir dari laman Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, terdapat enam seri SBSN yang akan dilelang, yakni satu seri SPN-S (Surat Perbendaharaan Negara - Syariah) dan lima seri PBS (Project Based Sukuk).

Keenam seri SBSN yang akan dilelang pada Selasa 13 Juli 2021 diantaranya adalah SPN-S 15112022 yang jatuh tempo pada November 2022 dengan imbalan diskonto. 


Berikutnya PBS031 yang jatuh tempo pada 15 Juli 2024 dengan imbalan 4,0%, PBS032 yang jatuh tempo pada 15 Juli 2026 dengan imbalan 4,875% dan PBS029 yang jatuh tempo pada 15 Maret 2034 dengan imbalan 6,375%.

Selanjutnya PBS034 yang jatuh tempo pada 15 Juni 2039 dengan imbalan 6,50% dan PBS033 yang jatuh tempo pada 15 Juni 2047 dengan imbalan 6,75%.

Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM) Reza Fahmi mengatakan, lelang sukuk mungkin masih akan tertekan dan sepi peminat. Pemicunya, sentimen kenaikan bunga acuan bank sentral Amerika Serikat Federal Reserved (The Fed) serta kekhawatiran atas perang Ukraina masih membayangi kinerja lelang obligasi pemerintah. 

Baca Juga: Pemerintah Akan Lelang 6 Seri SBSN dengan Target Rp 9 Triliun pada Selasa (17/5)

Selain itu faktor geopolitik masih mempengaruhi pasar keuangan dunia. Dampak perang ini terutama terlihat dari sisi kenaikan inflasi. 

Menurut Reza, perang Rusia-Ukraina juga menimbulkan tekanan inflasi yang tinggi, sehingga investor mulai beralih ke instrumen yang memberikan imbal hasil (return) tinggi.

Reza bilang, saat ini imbal hasil (yield) obligasi tenor 10 tahun mencatatkan penurunan tipis. 

"Mempertimbangkan kondisi pasar saat ini serta valuasi yield curve. yield curve 10-tahun (GIDN 10YR) mencatatkan penurunan tipis, masih di sekitar level tertingginya sejak Mei 2020," ujar Reza kepada Kontan.co.id, Jumat (13/5). 

Reza mengatakan level tersebut berada di atas estimasi di minggu ini di kisaran 6,92% - 7,13%. Hal ini mengindikasikan bahwa yield obligasi pemerintah mungkin telah memasuki entry point yang atraktif. 

Reza mengatakan tekanan harga menyebabkan permintaan yield pada lelang akan tinggi. Dimana kenaikan suku bunga acuan The Fed dan yield US Treasury dapat turut mengerek yield tenor 10 tahun menyentuh 7%. 

Sehingga membuat investor akan wait and see untuk masuk ke pasar. Pelemahan harga akan terus berlanjut setidaknya hingga akhir semester pertama. 

Reza bilang, The Fed akan menaikkan suku bunga secara agresif sehingga membuat likuiditas turun. Setelah stabil, pasar akan pulih kembali.

Menurut Reza, sejatinya minat investor terhadap sukuk masih cukup tinggi. Kebijakan penambahan kuota pemesanan menjadi salah satu indikator utama yang masih dicari oleh investor ritel.

Ia juga memperkirakan, saat ini pasar sudah di dominasi dengan investor domestik. Sehingga, ke depan investor domestik masih akan mendominasi, lantaran investor asing masih akan wait and see.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi