KONTAN.CO.ID - Pemerintah meraih total penawaran senilai Rp 17,5 triliun pada lelang Surat Berharga Syariah Negara (SSBN) atau sukuk negara pada Selasa (15/8). Berdasar keterangan resmi Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, penawaran yang masuk pada lelang kali ini lebih tinggi dibanding lelang sebelumnya, Selasa (1/8), yaitu hanya Rp 14,8 triliun. Namun, jumlah yang diserap pemerintah lebih rendah dibandingkan lelang sukuk sebelumnya. Pada lelang kali ini, pemerintah hanya menyerap dana Rp 5,71 triliun dari lima seri yang ditawarkan dibandingkan sesi lelang sukuk sebelumnya yang menyerap dana hingga Rp 7,62 triliun.
Seri SPNS02022018 yang jatuh tempo pada 2 Februari 2018 mencatat
yield rata-rata yang dimenangkan 5,47%. Seri tenor pendek, PBS013 yang jatuh tempo pada 15 Mei 2019, paling laku dengan jumlah penawaran yang dimenangkan sebesar Rp 2,35 triliun. PBS013 menyerap 41% dari total dana yang dimenangkan pemerintah. Yield rata-rata tertimbang dimenangkan sebesar 6,7%. Lalu, seri PBS014 yang kedaluwarsa 15 Mei 2021 menyerap dana dana Rp 690 miliar dengan
yield rata-rata tertimbang sebesar 7%. Seri PBS011 yang jatuh tempo 15 Agustus 2023 menyerap dana paling kecil yakni Rp 150 miliar. Terakhir, seri tenor panjang, PBS012 yang jatuh tempo 15 November 2031 hanya menyerap Rp 520 miliar. Namun, seri ini mencatatkan
yield rata-rata tertimbang tertinggi yaitu 7,84%. "Memang, secara umum kalau dilihat dari lelang-lelang sebelumnya, kali ini memang cukup besar penawarannya. Ini memberikan sentimen positif untuk pasar," kata Analis Obligasi BNI Sekuritas Ariawan, Selasa. Menurutnya, dari sisi likuiditas, investor memiliki minat yang cukup besar dalam lelang sukuk hari ini. Namun, sayangnya dalam lelang kali ini pemerintah tidak agresif menyerap dana yang ditawarkan. Ariawan menilai, ini adalah strategi pemerintah dan tidak dipengaruhi oleh sentimen terntentu.
"Mungkin karena
yield-nya yang relatif tinggi, sehingga pemerintah tidak terlalu menyerap permintaan investor. Juga pemerintah masih punya sumber lain seperti lelang SUN," imbuh Ariawan. Pada lelang kali ini, seri sukuk bertenor pendek masih menjadi idaman. Ariawan menilai karakteristik investor dalam lelang ini merupakan tipikal yang lebih memilih untuk berinvestasi dibandingkan trading. "Investor ini investasi jangka panjang, jadi mereka beli untuk
hold sampai jatuh tempo. Tentu mereka akan ambil yang tenor pendek," pungkasnya. Kendati demikian, Ariawan tidak menampik bila nantinya investor akan tertarik dengan sukuk seri tenor panjang. "Kalau nantinya pemerintah semakin banyak melakukan lelang lagi, ada seri baru yang likuid di pasar sekunder tentu tidak menutup kemungkinan investor akan ambil tenor panjang," imbuhnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dupla Kartini