Lelang SUN bakal diwarnai permintaan yield tinggi



JAKARTA. Tekanan pasar obligasi diperkirakan akan berimbas terhadap lelang surat utang negara (SUN) pada Selasa (9/5). Analis memprediksi lelang tersebut akan diwarnai permintaan yield tinggi dari investor. Desmon Silitonga, analis PT Millenium Capital Management memperkirakan investor akan akan mengajukan permintaan yield di kisaran 6,8% hingga 8,6%. Lelang ini menawarkan dua seri anyar dan dua seri lawas. Yakni, SPN03150910 (new issuance) dengan pembayaran bunga secara diskonto dan jatuh tempo pada 10 September 2015. Serta, seri SPN12160610 (new issuance) dengan pembayaran bunga secara diskonto dan jatuh tempo pada 10 Juni 2016. Juga, seri FR0053 (reopening) dengan tingkat bunga tetap sebesar 8,25% dan jatuh tempo 15 Juli 2021. Dan seri FR0071 (reopening) dengan tingkat bunga tetap 9%. Seri ini akan jatuh tempo 15 Maret 2029. Jumlah indikatif yang dilelang sebesar Rp 10 tiliun untuk memenuhi sebagian target pembiayaan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2015. SUN yang akan dilelang mempunyai nominal per unit Rp 1 juta. Prediksi Desmon, investor akan meminta yield dikisaran 6,8% hingga 7% untuk seri SPN03150910. Sedangkan yield seri SPN12160610 di level 7,3% hingga 7,5%. Lalu, seri FR0053 diperkirakan di level 8% hingga 8,2% dan FR0071 di level 8,4% hingga 8,6%. "Jika kondisi yield ini terjadi, maka pemerintah diperkirakan akan lebih memaksimalkan penyerapan dari SUN tenor 6 dan 15 tahun. Dan diperkirakan pemerintah akan menyerap secara maksimal," ujar Desmon, Jakarta, Jumat (5/6). Yield SUN memang terus merangkak naik. Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) mencatat seluruh yield seri benchmark pada perdagangan Jumat (5/6) naik dibandingkan Kamis (4/6). Yield seri FR0069, misalnya naik dari 8,1% menjadi 8,2%. Seri FR0070 naik dari 8,40% menjadi 8,43%, seri FR0071 naik dari 8,55% menjadi 8,6% dan seri FR0068 naik dari 8,62% menjadi 8,72%. Lesunya pasar obligasi juga diperkirakan akan memicu minimnya permintaan yang masuk atau hanya berkisar 1,5 hingga 2 kali dari target indikatif. "Investor akan memilih wait and see. Belum banyak sentimen yang bisa mendorong penguatan pasar SUN saat ini," ujar Desmon. Apalagi, lanjut dia, bulan ini tren inflasi diperkirakan masih akan melanjutkam kenaikan. Akibatnya, yield SUN di pasar sekunder masih akan berfluktuasi dan gairah investor untuk mengakumulasi melambat. "Investor dari sektor perbankan masih menjadi investor yang menjauhi pasar SUN saat ini," ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Uji Agung Santosa