Lelang SUN berpotensi tetap ramai walau rupiah sedang alami tren koreksi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lelang penjualan Surat Utang Negara (SUN) akan kembali dilaksanakan pada perdagangan Selasa (9/10). Lelang kali ini diperkirakan akan tetap berlangsung ramai sekalipun tren pelemahan nilai tukar rupiah masih membayangi pasar obligasi domestik.

Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management, Anil Kumar mengatakan, jelang berlangsungnya lelang SUN, pasar obligasi Indonesia masih diliputi sejumlah sentimen negatif.

Salah satunya adalah tren pelemahan rupiah di pasar spot yang telah menembus level Rp 15.000 per dollar AS yang mendorong naiknya yield SUN.


Belum lagi, data-data ekonomi Indonesia sejauh ini belum banyak mempengaruhi kondisi pasar. Misalnya, data cadangan devisa Indonesia di bulan September yang diumumkan Jumat (5/10) lalu kembali turun US$ 3,1 miliar menjadi US$ 114,84 miliar.

Kendati begitu, Anil menilai besar kemungkinan antusiasme para investor masih cukup tinggi ketika lelang SUN digelar pekan depan. Dia pun yakin jumlah penawaran yang masuk pada lelang SUN nanti bisa melebihi target maksimal pemerintah sebesar Rp 20 triliun.

“Selama tawaran yield-nya menarik, lelang SUN akan ramai. Tinggal masalahnya apakah pemerintah mau menerima permintaan yield tinggi dari para investor atau tidak,” ungkap Anil.

Seri-seri seperti FR0077 dan FR0078 berpotensi kembali menjadi favorit bagi para investor pada lelang SUN nanti. Sebab, keduanya merupakan calon seri SUN acuan untuk tenor 5 tahun dan 10 tahun pada 2019 mendatang.

Investor pun memburu kedua seri tersebut melalui lelang sebelum aktif diperdagangkan di pasar sekunder pada tahun depan.

Selain itu, kupon yang ditawarkan untuk seri FR0077 dan FR0078 tergolong tinggi, yaitu masing-masing sebesar 8,125% dan 8,25%. Tingkat kupon tersebut cukup atraktif dan sesuai dengan kondisi yield terkini di pasar sekunder.

Sebagai perbandingan, yield seri FR0063 yang sekarang menjadi seri acuan untuk tenor 5 tahun berada di level 8,15% hingga akhir pekan lalu. Di waktu yang sama, yield seri FR0064 yang saat ini menjadi seri acuan tenor 10 tahun berada di level 8,32%.

Terlepas dari itu, Anil menilai, secara umum para investor masih akan cenderung banyak menawar seri-seri bertenor pendek di tengah ketidakpastian pasar obligasi dalam negeri. Pemerintah juga dipandang akan memprioritaskan penerbitan seri-seri bertenor pendek pada lelang kali ini.

Selain karena faktor kondisi pasar terkini, hal tersebut merupakan konsekuensi dari seringnya pemerintah menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) dengan tenor pendek ketika pasar obligasi Indonesia berada di era suku bunga acuan rendah dan tren penurunan yield.

Menurut Anil, ketika era tersebut berlangsung seperti di tahun 2016 dan 2017, pemerintah mesti gencar menerbitkan SBN bertenor panjang.

Namun, faktanya tidak demikian. “Makanya pemerintah sekarang mesti berhadapan dengan risiko refinancing ketika suku bunga acuan dan yield sudah tinggi,” terang dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto