Lelang SUN Cetak Rekor pada Selasa (20/8), Ini Pendorongnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Minat investor semakin kuat terhadap obligasi pemerintah Indonesia. Hal itu terlihat dari lelang Surat Utang Negara (SUN) pada Selasa (20/8) yang mencetak rekor tertinggi dalam tiga tahun terakhir dengan jumlah penawaran yang masuk atau incoming bids sebesar Rp 104,07 triliun.

Kemudian nominal yang dimenangkan (awarded bids) adalah Rp 27 triliun.  

Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM), Reza Fahmi, menilai saat kondisi pasar global yang masih tidak menentu, SUN dianggap sebagai instrumen yang relatif aman dengan risiko yang lebih rendah dibandingkan dengan aset lain. 


Baca Juga: Kepemilikan Asing di SBN Naik, Porsinya Capai 14,4% dari Total SBN

"Indonesia juga menunjukkan stabilitas ekonomi yang relatif positif, termasuk dalam hal inflasi yang terkendali dan pertumbuhan ekonomi yang masih positif," kata Reza kepada KONTAN, Selasa (20/8). 

Hal-hal demikian yang menjadi faktor menarik minat investor, baik domestik maupun asing yang mencari tempat aman untuk berinvestasi.

Untuk diketahui pada lelang tersebut jumlah incoming bids dari investor asing meningkat tajam menjadi Rp 24,48 triliun, dari Rp 10,7 triliun pada lelang sebelumnya. 

Ke depannya Reza menilai jika Bank Indonesia mempertahankan atau memberikan indikasi bahwa suku bunga akan tetap stabil, maka hal ini akan semakin mendorong minat investor terhadap SUN karena menawarkan imbal hasil lebih menarik.

Baca Juga: Total Penawaran Lelang SUN Tembus Rp 66 Triliun Pada Selasa (6/8)

Di sisi lain, Chief Dealer Fixed Income & Derivatives PT Bank Negara Indonesia (BNI) Fudji Rahardjo melihat pada lelang SUN tersebut mayoritas yang diserap adalah FR0104, obligasi new issuance dengan total jumlah penawaran sebesar Rp 50,59 triliun dengan tenor 5 tahun. 

Ia mencermati besarnya minat investor terhadap seri tersebut karena periode tersebut dianggap ideal untuk menyeimbangkan risiko dan imbal hasil di tengah ketidakpastian pasar, terutama karena sentimen dovish dari FFR yang cenderung membuat yield obligasi secara umum bergerak turun mengikuti pergerakan yield US Treasury. 

"Setelah melewati tenor 5 tahun diharapkan para investor memiliki waktu yang cukup untuk melakukan assesment terhadap kejadian serta volatilitas yang terjadi dan pasar telah mencapai kondisi equilibrium dengan tingkat imbal hasil yang lebih baik," kata Fudji. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli