Lelang SUN dibayangi kenaikan BBM



JAKARTA. Pemerintah kembali menggelar lelang surat utang negara (SUN) dengan target indikatif sebesar Rp 6 triliun. Lelang ini untuk memenuhi target pembiayaan dalam APBN 2012. Instrumen yang akan dilelang itu memiliki nominal Rp 1 juta per unit.

Dalam lelang kali ini, pemerintah menawarkan lima seri SUN. Satu diantaranya adalah seri baru, dan empat lainnya seri lawas. Lima seri itu adalah, pertama seri SPN03 (new issuance) dengan pembayaran bunga secara diskonto dan jatuh tempo 21 Juni 2012.

Kedua, seri SPN1213030307 (reopening) bunga yang dibayarkan secara diskonto dan jatuh tempo pada 7 Maret 2013. Seri ketiga, FR0060 (reopening) ditawarkan dengan tingkat bunga tetap sebesar 6,25% dan jatuh tempo 15 April 2017. Pembayaran kupon untuk instrumen ini akan dilakukan setiap tanggal 15 April dan 15 Oktober.


Keempat adalah seri FR0061 (reopening) yang ditawarkan dengan tingkat bunga tetap 7% dan jatuh tempo 15 Mei 2022. Pembayaran kupon dilakukan setiap tanggal 15 Mei dan 15 November. Kelima adalah seri FR0058 (reopening) dengan tingkat bunga tetap sebesar 8,25% dan jatuh tempo pada 15 Juni 2032. Pembayaran kupon dilakukan setiap 15 Juni dan 15 Desember.

Sementara itu, I Made Adi Saputra, Analis obligasi dari NC Securities menduga, lelang kali ini akan sepi dari investor, karena dibayangi rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). "Apabila ikut lelang, investor akan meminta imbal hasil yang cukup tinggi sebagai antisipasi kenaikan inflasi," ujar Made, Jakarta, Senin (19/3).

Hari ini, volume transaksi pada perdagangan sekunder obligasi pemerintah tidak banyak mengalami perubahan, hanya berkisar Rp 4 triliun. Oleh karena itu, Made memprediksi total penawaran yang masuk hanya berkisar Rp 15 triliun sampai Rp 20 triliun.

Sementara itu, pemerintah memperkirakan bisa menyerap imbal hasil seri FR0060 sekitar 4,85% hingga 5,05%. Adapun untuk imbal hasil seri FR0061 diperkirakan akan naik pada kisaran 5,71% hingga 5,87%,. Sementara untuk seri FR0058, diperkirakan ditetapkan sekitar 6,62% hingga 6,68%.

"Investor kemungkinan akan banyak masuk ke seri tenor panjang. Sebab, di pasar sekunder investor sudah berani masuk ke tenor panjang karena harganya yang sudah relatif murah," ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Asnil Amri