KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar surat berharga negara (SBN) atau surat utang negara (SUN) masih terus tertekan seiring dengan tren kenaikan suku bunga The Fed dan meningkatnya imbal hasil (yield) obligasi AS. Merujuk data Direktorat Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko (DJPPR), jumlah penawaran masuk pada lelang SUN, Selasa (10/5) hanya Rp 19,74 triliun. Dari penawaran tersebut, pemerintah hanya menyerap Rp 7,76 triliun pada lelang SUN hari ini. Angka ini berada di bawah target indikatif Rp 20 triliun. Head of Fixed Income Bank Negara Indonesia (BNI) Fayadri mengatakan lelang SUN hari ini mencatatkan jumlah penawaran terendah sepanjang pelaksanaan lelang tahun 2022.
Baca Juga: Jumlah Penawaran Masuk Lelang SUN Hanya Rp 19,74 Triliun pada Hari Ini "Untuk pertama kalinya jumlah penawaran yang masuk di bawah target indikatif (undersubscribed). Hal ini terutama disebabkan oleh sikap wait and see yang dipilih investor pasca-kenaikan suku bunga oleh The Fed kemarin serta masih adanya rencana kenaikan suku bunga lanjutan," ucap Fayadri kepada Kontan.co.id, Selasa (10/5). Fayadri mengatakan Hal ini terus mendorong meningkatnya risk aversion investor yang tercermin dari CDS Indonesia. CDS terus mencatatkan rekor tertinggi tahun ini. CDS 5 tahun sore ini berada di 131,95 dan CDS 10 tahun berada di 203,74. Angka persepsi risiko ini naik signifikan dibanding posisi awal tahun ketika CDS 5 tahun masih 74,69 dan CDS 10 tahun di 136,46. Baca Juga: Level CDS Indonesia Tinggi, Risiko Investasi Meningkat Menurut Fayadri penawaran tertinggi pada lelang hari ini adalah untuk seri FR91, SPN 3 bulan dan FR90. Untuk seri FR91 dan FR90 dipilihnya karena yield saat ini yang sudah cukup menarik bagi investor serta merupakan seri benchmark yang cukup aktif diperdagangkan di pasar sekunder. Sedangkan untuk seri SPN terutama sebagai diversifikasi portofolio untuk mengantisipasi potensi kenaikan yield. Fayadri menyampaikan secara keseluruhan yield tertinggi yang dimenangkan pada pelaksanaan lelang hari ini meningkat dibanding pelaksanaan lelang SUN sebelumnya. Hal ini dapat diartikan investor meminta imbal hasil yang lebih tinggi dari investasi pada SUN, menyesuaikan dengan peningkatan imbal hasil instrumen obligasi yang memang sedang terjadi secara global. Baca Juga: Yield SUN Tembus 7%, Menyusul US Treasury yang Makin Tinggi