Lelang WK Migas tahun ini masih belum menarik, begini prospeknya di tahun depan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengamat hulu migas menilai lelang Wilayah Kerja (WK) migas di tahun ini lesu karena sejumlah faktor, misalnya saja  blok yang ditawarkan tidak menarik dan masih banyak regulasi pendukung yang belum ada perubahan. 

Asal tahu saja, di tahun ini sebanyak 6 Wilayah Kerja (WK) Migas telah ditawarkan pada Lelang WK Migas Tahap I tanggal 17 Juni 2021. Namun hanya dua blok yang berhasil dilelang yakni WK South CPP yang berlokasi di Riau onshore dimenangkan PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) dan WK Liman di East Java Onshore & offshore yang dimenangkan oleh Husky Energy. 

Pengamat sektor hulu migas, Tumbur Parlindungan mengatakan, pada lelang WK migas tahun ini, hanya ada dua blok yang berhasil dilelang. Hal ini menunjukan investasi di migas belum menarik walaupun sudah banyak dilakukan perubahan fiskal. 


"Mungkin blok yang ditawarkan tidak menarik dan masih banyak regulasi pendukung yang belum ada perubahan. Ditambah lagi dengan banyaknya investor migas yang  country exit dari Indonesia. Misalnya saja yang terakhir adalah Chevron," jelasnya kepada Kontan.co.id, Kamis (28/10). 

Ihwal prospek lelang WK migas di tahun depan, Tumbur melihat dengan harga komoditas yang meningkat tajam dan transisi energi yang belum berjalan dengan baik, secara umum investor masih berminat di sektor hulu migas. 

Baca Juga: Pemerintah siapkan lelang 12 WK Migas guna kejar target investasi di 2022

Meski begitu, menurut Tumbur ada beberapa faktor yang mempengaruhi minat investor untuk berinvestasi di sektor hulu migas. Yakni kondisi regulasi yang belum terintegrasi, asas kesakralan kontrak (sanctity of contract) yang masih lemah, serta banyaknya investor Migas yang melakukan country exit dari Indonesia. 

Selain itu, perihal rezim fiskal yang belum bisa bersaing dengan negara-negara lain, dapat berimbas pada sulitnya mendatangkan investor yang berminat dengan blok yang ditawarkan. 

"Apabila blok yang ditawarkan,  juga tidak menawarkan sumber daya yang besar, membuatnya menjadi kurang menarik," tegasnya. 

Tumbur mengatakan, dari perspektif investor, masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh Indonesia, baik rezim fiskal dan regulasi lainnya. Terutama  asas kesakralan kontrak. 

Tumbur menegaskan, asas kesakralan kontrak merupakan salah satu kunci utama yang harus diperbaiki. Misalnya saja, perubahan harga gas yang dilakukan hampir setiap tahun. Hal ini akan sulit untuk pelaku industri hulu untuk melakukan perencanaan jangka panjang.

Kendati demikian, Tumbur melihat, masih ada harapan adanya bonafide investor apabila WK yang ditawarkan mempunyai prospek sumber daya yang besar. Selain itu, WK tersebut juga dekat dengan infrastruktur dan eksositem dari industri hulu migas yang baik. Tentu ditambah dengan rezim fiskal. 

Selanjutnya: Menang lelang blok migas, Energi Mega Persada (ENRG) kian aktif di bisnis hulu

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi