KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Rusia berada di ambang gagal bayar utang. Sejumlah lembaga pemeringkat telah memangkas peringkat utang negara tersebut menyusul berbagai sanksi yang dikenakan negara Barat atas invasinya. Terbaru, Fitch telah memangkas peringkat utang Rusia sebanyak enam
notch lebih jauh ke dalam kategori sampah yakni menjadi C dari peringkat B sebelumnya. Fitch juga mengatakan utang negara Rusia bakal segera terjerumus ke status
default. Kemampuan Rusia untuk melunasi utang dinilai akan terganggu seiring dengan sanksi dan pembatasan perdagangan yang dialaminya.
Kemampuan Rusia melunasi utang semakin dipertanyakan seiring meningkatnya sanksi yang dilayangkan negara Barat terhadap negara itu. Pembatasan perdagangan telah merusak kesediaan Rusia untuk membayar utang.
Baca Juga: Roman Abramovich Kena Sanksi, Chelesa Tak Bisa Berjualan Tiket Pertandingan Fitch menunjuk pada Keputusan Presiden Rusia yang berpotensi memaksa redenominasi pembayaran utang negara dalam mata uang asing ke mata uang lokal untuk kreditur di negara-negara tertentu. "Peningkatan lebih lanjut atas sanksi dan proposal yang dapat membatasi perdagangan energi, dapat meningkatkan kemungkinan respons kebijakan oleh Rusia yang mencakup setidaknya tidak membayar kewajiban utang negaranya secara selektif," kata lembaga pemeringkat tersebut dikutip Reuters, Kamis (10/3). Pada 16 Maret, Rusia akan membayar kupon senilai US$107 juta untuk dua obligasi, meskipun memiliki masa tenggang 30 hari untuk melakukan pembayaran. Peringkat C dalam penilaian Fitch hanya satu langkah di atas status
default, sehingga sejalan dengan skor setara 'Ca' Moody saat ini. Perubahan itu terjadi kurang dari seminggu setelah Fitch mencabut status layak investasi Rusia, memangkas peringkatnya menjadi B dari BBB. Peers Moody's dan S&P juga telah menurunkan peringkat negara mereka. S&P Global Ratings sebelumnya telah memangkas peringkat kredit Rusia menjadi sampah. Hal ini disebabkan oleh sanksi ekonomi bertubi-tubi yang harus dihadapi Rusia pasca invasi yang mereka lancarkan ke Ukraina sejak Kamis (24/2).
Baca Juga: Akhiri Perang, Menteri Luar Negeri Ukraina dan Rusia Gelar Pembicaraan di Turki Sebagai informasi, S&P menjelaskan kategori tersebut dapat menggambarkan bahwa saat ini Rusia tengah rentan dan bergantung pada kondisi bisnis, keuangan dan ekonominya sendiri untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya. Dengan demikian, status Rusia kini setara dengan negara berkembang lainnya seperti Suriname, Ekuador, dan Venezuela. Invasi yang dipimpin oleh Presiden Rusia Vladimir Putin merupakan serangan terbesar yang pernah terjadi pasca Perang Dunia Kedua. Hal ini membuat pasar keuangan Rusia kacau balau setelah banyak negara menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap mereka. "Penurunan peringkat mengikuti penerapan langkah-langkah yang kami yakini kemungkinan akan secara substansial meningkatkan risiko gagal bayar," tulis S&P Global Ratings.
Editor: Tendi Mahadi