Lender dari Luar Negeri Ramai Masuk ke Indonesia, Ini Penyebabnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri fintech peer to peer (P2P) lending tampaknya makin menarik perhatian lender dari luar negeri.

Data statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mencatat jumlah pemberi pinjaman (lender) fintech peer to peer (P2P) lending dari luar negeri berdasarkan entitas perorangan naik drastis per Mei 2024 sebanyak 651 dengan nilai outstanding Rp 1,88 triliun. Tahun lalu, pada periode yang sama hanya mencapai 196 dengan nilai outstanding Rp 683 miliar.

Sementara, jika dibandingkan kinerja bulan sebelumnya, per April 2024, ada 167 entitas, dengan nilai outstanding pinjaman Rp 1,63 triliun.


Pengamat sekaligus Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda menilai salah satu faktor penyebab tertariknya lender luar negeri karena memang fintech P2P lending Indonesia menawarkan bunga investasi lebih besar dibandingkan fintech P2P lending di luar negeri. 

"Jika dibandingkan dengan beberapa fintech P2P lending di Eropa dan Amerika Serikat, biasanya memberikan imbal manfaat di kisaran 12%-17% per tahun. Namun, fintech P2P lending Indonesia bisa menawarkan imbal hasil lebih dari 20%," ujarnya kepada Kontan, Minggu (4/8).

Baca Juga: Amartha Memiliki Lebih dari 30 Lender Institusi dari Dalam dan Luar Negeri

Nailul menambahkan jika melihat aturan bunga maksimal 0,3% per hari yang dikenakan ke borrower, tentu hitungannya per 90 hari bisa mencapai lebih dari 27%. Dia bilang kemungkinan imbal hasil bagi lender bisa setengahnya untuk 90 hari. 

"Jadi, bisa karena bunga manfaat yang lebih tinggi. Cukup besar dalam hal return investasi. Bahkan, fintech P2P lending yang ilegal, bunga investasinya bisa mencapai 10% per bulan," ungkapnya.

Baca Juga: Modalku Sebut Sebagian Besar Pemberi Dana dari Luar Negeri Merupakan Individu

Nailul juga mengatakan faktor isu juga bisa memengaruhi minat lender luar negeri untuk menyalurkan pendanaan di fintech P2P lending Indonesia. Dia mencontohkan pada periode 2022-2023, memang lender luar negeri cukup sepi karena saat itu isu negatif fintech P2P lending sangat kencang. 

"Namun, ketika isu fintech lending yang negatif itu mereda, lender luar negeri akan balik lagi berinvestasi," kata Nailul. 

Dalam menggaet lender luar negeri, Nailul mengatakan biasanya fintech lending akan mencari sendiri lender dari luar negeri yang berminat untuk mendanai lewat platform mereka. Selain itu, fintech lending akan mencari lender luar negeri yang sudah paham dengan iklim teknologi di Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Putri Werdiningsih