Lenggak-lenggok bisnis sekolah mode



Seirama gebyar bisnis industri televisi, kebutuhan akan profesi model terus bertambah semarak. Fenomena ini membuka peluang usaha bagi pelaku bisnis sekolah model.

Nama-nama besar sekolah model lama berlenggak-lenggok di Jakarta. Misalnya, OQ Modelling School milik model kawakan Okky Asokawati. Juga ada Look School dan nama lainnya. Kini, sekolah model tak hanya berpose di Jakarta. Di sejumlah kota lain di daerah, hadir pula sekolah model.

Sebut saja Natasa Professional Modelling di Surabaya, milik Upi Thaib. Bisnis Upi yang berdiri sejak tahun 2002 ini kini semakin berkembang. Dia sekarang telah  memiliki dua cabang sekolah model di Surabaya. Berbekal pengalaman sebagai model, Upi ingin membagikan ilmunya kepada orang-orang yang tertarik di industri ini.


Ada banyak hal yang harus dikuasai seorang model supaya sukses. Pembentukan kepribadian adalah hal terpenting bagi seorang model untuk mencuri perhatian penonton. "Model itu harus disiplin, beretika dan menguasai sopan santun," ujar Upi.

Karena itu, dalam program pelatihannya, ia memberikan berbagai materi pendukung. Lamanya pelatihan cukup beragam, mulai dari tiga bulan hingga enam bulan. Target umurnya juga tak terbatas, mulai dari anak-anak hingga dewasa.

Upi bilang, di sekolah modelnya, ada beberapa paket yang ditawarkan, sesuai dengan lama pelatihan. Jadi siswa tak lagi dibebani dengan biaya bulanan. Tarif paket berkisar Rp 2 juta-Rp 5 juta per orang.  

Upi mengaku kini memiliki murid lebih dari 100 orang di dua cabang sekolah model miliknya. Meski ia tidak mau buka-bukaan mengenai omzet, namun bisa Anda dihitung sendiri pendapatan Upi mencapai lebih dari seratus juta setiap bulan.

Dia berpromosi, lulusan terakhir dari lembaga pelatihannya berhasil masuk kontes Miss Indonesia 2014 dan menjadi finalis. "Yaitu Eudia Isabel," ucap Upi.

Lain halnya dengan Wandasari, pemilik usaha Bintang Model di Bali. Bagi wanita yang akrab disapa Wanda ini, postur tubuh bukan segalanya di dunia model, melainkan juga harus memiliki keinginan belajar dan bekerja keras. Baginya, Bintang Model sebetulnya adalah sekolah. Oleh sebab itu, di sekolah ini dia tidak hanya memilih siswa yang berpostur bagus.

Wanda bilang, menjadi seorang model itu sebetulnya harus bisa menjadi sarana untuk mempromosikan suatu produk. Sehingga, setiap model harus bisa bekerjasama dan mampu mengoptimalkan citra produk yang akan ditampilkan," kata wanita berusia 35 tahun itu.

Gencar berpromosi

Wanda menjelaskan pentingnya sekolah model. Meski seseorang sudah memiliki bakat sebagai model, akan lebih baik apabila dibekali dengan pendidikan menjadi model. Jika hanya punya bakat tapi tidak punya kemampuan, calon model tersebut tidak akan bisa memenuhi kebutuhan untuk menjadi seorang model profesional.

Di sekolah modelnya, Wanda mematok tarif pendaftaran Rp 500.000 per orang, dan biaya kursus Rp 100.000 per bulan per siswa. Dengan biaya bulanan Rp 100.000, siswa Bintang Model mendapatkan dua kali materi setiap  minggu. Namun, jika selama bersekolah di sini ternyata siswa sekolahnya dikontrak sebagai foto model sebuah produk, pendapatan dan keuntungan akan menjadi siswa pribadi.

Wanda memperkirakan dengan kapasitas siswa antara 30 hingga 40 orang, Bintang Model dapat meraih omzet sekitar Rp 7 juta hingga Rp 8 juta per bulan. Omzet sebesar itu merupakan pendapatan secara keseluruhan, bukan dari kelas modelling saja.

Abdullah Sidik, pemilik Red Model Agency di Malang mengaku, dalam kegiatan promosi, ia masih menggunakan cara konvensional seperti brosur dan teknik promosi dari mulut ke mulut.  Dia juga membuat blog sebagai salah satu cara  berpromosi. "Setahun ini, umumnya konsumen mendapatkan informasi tentang sekolah saya dari blog," ujar Abdullah.

Upi lebih memilih memanfaatkan para muridnya untuk menarik murid baru. "Ibaratnya lebih dari mulut ke mulut. Mereka dapat referensi dari yang sudah ikut," ujar Upi. Dengan keberhasilan murid terbarunya mengikuti Miss Indonesia, hal tersebut bakal meningkatkan peminat murid baru untuk mendaftar ke sekolah model miliknya.

Mengembangkan bisnis sekolah model ini ternyata gampang-gampang susah. Abdullah mengaku, kendala yang didapati adalah keterbatasan waktu kursus para murid. Umumnya di hari-hari biasa para murid sibuk dengan kegiatan sekolah.

Untuk mengatasi hal ini, Abdullah membagi kelas para muridnya. Biasanya para pelajar SMP dan SMA dijadwalkan pada akhir pekan. Sedangkan mahasiswa disediakan kelas malam.

Sekadar informasi, untuk sekali latihan mereka membutuhkan waktu selama dua jam, sekali dalam seminggu. Bila mendekati kompetisi, waktu latihan ditambah menjadi dua atau tiga kali seminggu.

Biaya pendaftaran di Red Model Agency sebesar Rp 500.000 per orang. Adapun, biaya per bulan Rp 50.000. Abdullah mengaku, omzet usahanya sekitar Rp 5 juta hingga Rp 6 juta per bulan.

Bila Anda berminat untuk membuka usaha sekolah model, kata Abdullah, sebaiknya investor memiliki pengajar yang berpengalaman di bidang model dan memang suka berinteraksi dengan anak muda. Setelah itu kuncinya di pemasaran. 

Pelajaran plus di sekolah model

Bisnis sekolah model ternyata tidak hanya bisa menawarkan jasa memoles bakat seseorang untuk menjadi model yang memiliki kemampuan berlenggak-lenggok di atas catwalk. Berbagai kemampuan untuk mendukung profesi di dunia hiburan pun juga diajarkan seperti acting, tari, pembentukan kepribadian, dan bagaimana cara berbicara di depan publik alias public speaking.

Eschoda Sony Pancasaputri, pemilik Eschoda Modelling School di Tangerang contohnya. Sekolah ini tidak hanya mengajarkan menjadi model tapi juga mengajarkan tari tradisional dan acting. Target pasarnya pun beragam, wanita yang akrab disapa Putri ini membuka kesempatan bagi yang berminat menjadi model dan artis mulai dari  usia anak dua tahun hingga dewasa.

Biaya kursus sebesar Rp 75.000 per bulan untuk kelas model. Untuk tari tradisional sebesar Rp 15.000 sekali pertemuan. Sedangkan untuk kelas acting harus membayar Rp 250.000 untuk empat kali pertemuan. "Setiap bulan omzet sekitar Rp 25 juta," ujar Putri.  

Sekolah Bintang Model di Bali menyediakan kelas lebih beragam. Pemilik usaha ini,  Wandasari bilang, untuk anak usia lima tahun hingga 12 tahun, materi kelas yang diberikan ialah catwalk, koreografi, show dance, pengenalan acting dan praktik foto. Soal biaya, kursus tambahan di luar model ini bertarif sebesar Rp 100.000 per bulan.

Sementara, Upi Thalib, pemilik Natasa Professional Modelling, juga kerap membuat  berbagai seminar pengembangan diri sebagai program tambahan. Tidak hanya bertema dunia hiburan, dalam situs natasagroup.com, Upi menawarkan program pembentukan kepribadian bagi pekerja untuk menjadi profesional di bidangnya.                               

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini