Lengkap dan murah menjadi daya tarik (2)



DENPASAR. Kamis siang pada pertengahan September lalu, ketika KONTAN menyambangi Pasar Kumbasari, terlihat kesibukan di sejumlah kios. Salah seorang pedagang perlengkapan upacara, Ketut Rai nampak sibuk meracik berbagai rempah, lalu membungkusnya. "Yang saya buat ini untuk sesaji di acara pengantin, terdiri dari 15 jenis bahan," ujarnya.Ia bercerita, kemampuan meracik sesaji diperoleh dari neneknya. Biasanya, sambil menunggu pelanggan, ia memanfaatkan waktu untuk membuat sesaji, baik untuk pernikahan, ngaben, dan pedagingan atau peresmian candi dan pura. Pasalnya, kata Ketut, pembeli bakal kerepotan, jika harus membeli masing-masing bahan dan membuat sesaji sendiri. Maklum, untuk satu jenis sesaji dibutuhkan lebih dari 10 bahan baku. "Maka, saya menyiapkan sesaji dalam bentuk paket siap pakai," tuturnya.Untuk peresmian pura, dibutuhkan sesaji yang terdiri dari 35 bahan baku. Nantinya, sesaji akan ditanam di dalam candi. Sementara, untuk ngaben, sesaji dibakar bersama dengan jenazah.Selain itu, ada pula paket canang sari untuk sembahyang sehari-hari. Setiap hari, canang sari harus diganti, sehingga masyarakat biasa beli dalam jumlah banyak. Menurut Ketut, rata-rata pedagang di Pasar Kumbasari menawarkan jasa racik sesaji, canang sari, dan menghias besek atau bokor. Harga sesaji dibanderol mulai Rp 15.000 untuk paket sesaji pengantin, hingga Rp 50.000 untuk sesaji pedagingan.Jika diminta pembeli, ia pun bersedia menghias wadah untuk upacara pernikahan. Hiasan yang biasa digunakan berupa kain prada khas Bali, dan berbagai bunga imitasi. Hal serupa juga dilakoni pedagang lainnya, Ni Made Ayu. Ia bahkan mampu mengerjakan berbagai pesanan menganyam atau menghias perlengkapan upacara. Karena produk dan jasa yang ditawarkan sangat lengkap, makanya Pasar Kumbasari tak pernah sepi. Apalagi, harga perlengkapan upacara di pasar ini terkenal paling murah dibanding tempat lain. Pembeli juga bisa membeli dalam partai besar. "Yang beli di sini, mulai dari eceran sampai kodian," kata Ayu. Menurutnya, jika beli per kodi, harga bisa dipotong sampai 50% dari harga eceran. Namun, tentu tetap tergantung kelihaian pembeliĀ  dalam menawar, karena seluruh produk dijual dengan sistem tawar. Sebagai contoh, harga awal yang dipatok untuk selembar tikar sebesar Rp 20.000. Nah, jika membeli satu kodi, bisa mendapat harga Rp 500.000. Tak heran, pasar ini banyak disambangi para pembeli yang hendak menjual kembali aneka perlengkapan upacara. Baik, Ayu maupun Ketut mengaku, bisa menjual harga murah, lantaran mendapat seluruh bahan baku langsung dari produsen. "Kami dapat pasokan dari Karang Asam, Buleleng, Klungkung. Ada pula dari Yogyakarta," beber Ayu. Sejumlah bahan baku itu mereka ambil sendiri ke daerah tersebut, namun ada pula yang rutin dikirimkan. (Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Dupla Kartini