Lepas dari Tekanan Suku Bunga, Harga Emas Berpotensi Capai Level Tertinggi di 2024



KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga emas melonjak usai pengumuman bahwa Federal Reserve menahan suku bunga untuk bulan Desember 2023. Herga emas diproyeksi kembali dekati level tertinggi seiring berkurangnya tekanan dari tren suku bunga tinggi.

Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin mengatakan, harga emas kembali melonjak dengan berada di atas level US$ 2.000 per ons troi. Kenaikan harga emas tidak terlepas dari ekspektasi pelaku pasar terhadap berakhirnya kenaikan suku bunga The Fed.

“Terlebih lagi, ruang pemangkasan suku bunga yang terbuka di tahun 2024 sebanyak tiga kali. Tidak menutup kemungkinan pula pemangkasan bisa lebih dari tiga kali nantinya,” ujar Nanang kepada Kontan.co.id, Kamis (14/12).


Baca Juga: Reformasi Ekonomi Argentina Dimulai, Peso Didevaluasi Hingga 54%

Seperti diketahui, The Fed menahan suku bunga di rentang 5,25%-5,5% dalam pertemuan FOMC bulan Desember pada Rabu (13/12) atau Kamis (14/12) dini hari waktu Indonesia. Keputusan bank sentral Amerika Serikat (AS) itu sesuai dengan ekspektasi pasar.

Nanang melihat, perlambatan laju inflasi AS ke depan dan dinaikkannya target inflasi dari sebelumnya 2,0% menjadi 2,4% merupakan alasan kuat bahwa The Fed sudah usai dengan kebijakan suku bunga tinggi. Oleh karena itu, The Fed hampir dipastikan akan memangkas suku bunga sebanyak tiga kali tahun depan.

“Kondisi tersebut (suku bunga turun) memberi pijakan bagi emas untuk menguat, terutama dampaknya pada imbal hasil obligasi pemerintah AS yang bergerak turun. Emas diperkirakan akan bertahan di zona harga US$ 2.000 per ons troi, sembari mendekati level puncaknya US$ 2.144 per ons troi,” imbuh Nanang.

Baca Juga: The Fed Menahan Suku Bunga, Harga Emas Naik ke US$ 2.030 Per Ons Troi

Pengamat Komoditas dan Mata Uang Lukman Leong mengatakan, pernyataan dari Ketua The Fed Jerome Powell, memang bisa ditafsir sangat dovish. Hal itu mengingat baru saat ini pertama kalinya The Fed menyinggung pemangkasan suku bunga secara jelas.

Menurut Lukman, The Fed perlu berhati-hati ke depannya karena ekonomi Amerika Serikat secara keseluruhan jelas lebih lemah, walaupun tingkat pengangguran masih rendah dan/atau inflasi sudah turun.

Ekspektasi gelombang pemangkasan suku bunga oleh bank sentral tahun depan apabila tidak dilakukan secara hati-hati dan dengan tindakan balasan (countermeasure) yang sesuai, dikhawatirkan akan kembali memicu kenaikan inflasi. Ekonomi AS maupun global bisa overshoot oleh euforia re-opening ekonomi bagian kedua.

“Suku bunga tinggi adalah hambatan bagi investor yang ingin membeli emas karena sebagai aset tanpa imbal hasil yang dapat memicu opportunity cost,” ucap Lukman kepada Kontan.co.id, Kamis (14/12).

Baca Juga: Terbang Tinggi Harga Emas Hari Ini, Pembeli 7 Hari Lalu Rugi Berapa?

Di sisi lain, Lukman menilai, banyak investor yang spekulatif dan short term memanfaatkan momentum kenaikan emas. Mereka pada umumnya membeli emas kertas (paper gold) dengan leverage yang justru menimbulkan beban biaya bunga.

Namun, jangan lupakan faktor utama yang mendukung harga emas sebenarnya bersumber dari permintaan fisik oleh bank sentral, terutama China yang ingin mendiversifikasi cadangan devisa ke emas.

Lukman menyebutkan, suku bunga selama ini telah menjadi faktor yang mengikis kilau emas. Dengan kata lain, apabila bunga acuan menurun maka memberikan insentif bagi permintaan emas dari investor.

Namun, penurunan suku bunga bukan hanya menjadi berita positif bagi emas. Penurunan suku bunga acuan juga dapat memicu risk appetite/risk on yang pada umumnya akan memberikan insentif pada aset berisiko, dan sebaliknya justru menekan aset safe haven seperti emas.

Baca Juga: Harga Emas Antam Hari Ini Melonjak Rp 25.000 ke Rp 1.125.000 Per Gram, Kamis (14/12)

Terlepas dari kemungkinan tersebut, Lukman memandang saat ini tren kenaikan masih sangat kuat. Sebagai komoditas, harga emas cukup volatile seperti yang terjadi dalam 1–2 pekan terakhir. Emas sempat menyentuh level tertinggi sepanjang masa pada tanggal 4 Desember 2023 di kisaran US$ 2.150 per ons troi, namun berada di bawah level US$ 2.000 per ons troi dalam pekan ini.

Lukman mengestimasikan, secara konservatif harga emas dapat berkisar US$ 2.200 per ons troi–US$2.300 per ons troi, walau US$ 2.500 sekalipun tidak mengagetkan. Sedangkan, harga emas Antam berpotensi sekitar Rp 1,25 juta per gram dengan asumsi kurs rupiah berada di Rp 15.500 per dolar AS.

Mengutip situs Logam Mulia, harga Emas Antam turut mengalami lonjakan signifikan. Harga pecahan satu gram emas Antam berada di Rp 1.125.000. Harga emas Antam ini naik Rp 25.000 dari harga yang dicetak pada Rabu (13/12) yang berada di level Rp 1.100.000 per gram.

Sementara harga buyback emas Antam berada di level Rp 1.024.000 per gram. Harga tersebut juga naik Rp 25.000 jika dibandingkan dengan harga buyback pada Rabu (13/12) yang ada di Rp 999.000 per gram.

Baca Juga: Harga Emas Spot Merangkak Naik ke US$1.982,49 pada Rabu (13/12)

Nanang menuturkan, harga emas Antam akan mengikuti bagaimana kenaikan harga spot emas dunia. Bersamaan dengan itu, penguatan nilai rupiah pun terus memberikan andil ketika dolar Amerika Serikat tergerus karena ancaman pemangkasan suku bunga.

“Pemangkasan suku bunga, imbal hasil obligasi AS yang melandai dan gejolak jelang Pilpres di Amerika, dapat memberi pengaruh terhadap sentimen harga emas. Namun sentimen yang cukup kuat berasal dari pengurangan suku bunga The Fed,” imbuh Nanang.

Faktor tersebut yang melatarbelakangi optimisme Nanang terhadap emas. Harga emas tidak menutup kemungkinan bakal mencetak rekor baru di atas US$2.200 per ons troi pada tahun 2024.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati