Lesunya Daya Beli Masyarakat Berdampak pada Penurunan Premi Bisnis Asuransi Kredit



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. IFG Progress baru baru ini melakukan penelitian terkait dampak penurunan daya beli kelas menengah terhadap industri asuransi.  Di mana, dalam penelitian itu, menunjukkan bahwa penurunan daya beli masyarakat kelas menengah di Indonesia lebih berdampak pada industri asuransi umum dibanding asuransi jiwa. 

Penurunan daya beli tersebut berimbas pada lini bisnis di asuransi umum. Misalnya, untuk penurunan 4%-5% daya beli kelas menengah akan berdampak negatif sebesar 15%-19% pada lini bisnis asuransi kredit.

Menanggapi hal ini, Presiden Direktur Perusahaan Asuransi Umum, Tugu Insurance, Tatang Nurhidayat mengatakan, meski ada penurunan daya beli, namun belum berdampak pada bisnis asuransi kredit di Tugu Insurance. 


“Karena kami selalu memitigasi risiko secara optimal, dan hal ini menjadi faktor utama yang membuat premi asuransi kredit tumbuh cukup baik di tahun ini,” kata Tatang kepada Kontan.co.id, Jumat (18/10). 

Baca Juga: Daya Beli Kelas Menengah Turun, OJK Belum Liat Dampaknya ke Industri Asuransi

Untuk itu, menurut dia, perusahaan asuransi harus memiliki fondasi yang kuat dan strategi yang tepat untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan.

Dia menyebutkan sampai dengan Semester I-2024, premi asuransi kredit Tugu Insurance mencapai sebesar Rp 3,5 miliar. Angka ini turun sedikit dibandingkan pada bulan sebelumnya. Sayangnya, Tatang tidak berkenan untuk menyebutkan persentase dari penurunan tersebut.

“Meski premi asuransi kredit kami turun sedikit, tapi kinerjanya masih cukup baik," kata Tatang.

Baca Juga: Konsumen Indonesia Lebih Berhati-hati Berbelanja di Tengah Ketidakpastian Ekonomi

Dengan penurunan itu, ia mengatakan bahwa Tugu Insurance akan terus melakukan sejumlah strategi untuk bisa meningkatkan premi asuransi kreditnya hingga akhir tahun ini. 

Adapun sejumlah strategi yang dilakukan oleh Tugu Insurance yaitu dengan melakukan pengambilan risiko yang tepat. Selain itu, perusahaan juga cukup selektif dalam memilih jenis kredit yang dapat diasuransikan. 

"Tugu insurance lebih mengutamakan kerja sama bisnis yang fokus pada asuransi kredit produktif, dibandingkan dengan asuransi kredit yang bersifat konsumtif," imbuhnya. 

Tak hanya itu, Tatang bilang, asuransi kredit Tugu Insurance juga sebagian besar bersumber dari bisnis inward overseas.

Baca Juga: Kebijakan Uang Muka Kredit Kendaraan 0% Diperpanjang hingga Akhir 2025

Selaras dengan hal ini, PT Asuransi Asei Indonesia (ASEI) juga melaporkan penurunan premi asuransi kredit pada semester I-2024 sebesar 50% YoY menjadi Rp 13,5 miliar.

Kepala Divisi Transformasi dan Inisiatif Strategic Asuransi Asei Indonesia, Wahyudin Rahman mengungkapkan bahwa penurunan ini disebabkan oleh kondisi makroekonomi Indonesia yang tidak stabil serta masih tingginya suku bunga Bank Indonesia (BI). 

Namun, Wahyudin menegaskan bahwa penurunan itu tidak bersifat jangka panjang, dan perusahaan sedang mengurangi beberapa akun atau portofolio untuk memenuhi ketentuan POJK 20/2023. 

Meski demikian, Wahyudin optimistis bahwa prospek asuransi kredit ke depan masih cukup cerah. Asuransi kredit masih menjadi penopang utama pendapatan premi asuransi di ASEI, setelah properti dan kendaraan.

Baca Juga: Generali Indonesia Memprediksi Asuransi Kredit Masih Positif Hingga Akhir Tahun

“Dan kami belum bisa menyebutkan besaran premi asuransi kredit hingga September, karena datanya masih dalam kajian,” kata dia kepada Kontan.co.id, Jumat (18/10). 

Dia menyebutkan bahwa ASEI saat ini juga tengah mengembangkan beberapa produk asuransi di lini bisnis aneka, seperti asuransi medikal malapraktik dan asuransi liability lainnya.

Wahyudin sebelumnya menargetkan premi asuransi kredit bisa mencapai Rp 236 miliar hingga akhir tahun 2024, namun proyeksinya saat ini hanya sebesar Rp 95 miliar.

“Capaian premi asuransi kredit saat ini baru mencapai Rp 13,5 miliar, sehingga sulit untuk mencapai target tersebut,” kata dia

Lebih lanjut, Wahyudin bilang bahwa ASEI akan melakukan sejumlah strategi untuk meningkatkan kembali premi asuransi kredit, salah satunya dengan memastikan kolaborasi yang kuat dengan perbankan, lembaga keuangan, dan fintech. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati