Level CDS Indonesia Terus Naik, Bagaimana Sebaiknya Sikap Investor?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Credit default swap (CDS) Indonesia terus beranjak naik. CDS Indonesia tenor 5 tahun per Jumat (10/3) berada di level 100,47 atau meningkat 11,38% dari posisi awal pekan yang berada di level 90,20 pada Senin (6/3).

CDS adalah produk derivatif berupa kontrak keuangan yang memungkinkan investor untuk menghilangkan atau mengurangi risiko bisnisnya kepada pihak lain yakni dengan cara membayar premi sesuai angka yang disepakati. CDS merupakan kontrak pertanggungan yang diberikan jika terjadi gagal bayar atas suatu utang. Kenaikan angka di indeks CDS menunjukkan bahwa premi asuransinya juga naik.

Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM) Reza Fahmi menilai bahwa kenaikan level CDS Indonesia dipengaruhi oleh aksi jual atau sell off yang dilakukan asing dari pasar obligasi Indonesia untuk masuk ke pasar Amerika Serikat (AS). Sebab, ekspektasi terhadap suku bunga Indonesia dan AS bakal berada di posisi yang sama.


Baca Juga: Level CDS Indonesia Terus Naik Imbas Inflasi dan Fenomena Global

Pada rapat di bulan Februari 2023, Bank Indonesia mempertahankan suku bunga BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di angka 5,75%. BI masih mengindikasikan bahwa suku bunga akan dijaga di level tersebut. Di sisi lain, AS masih akan menaikkan Fed Fund Rate (FFR) dan kondisi pasar telah mencerminkan (priced in) terminal rate suku bunga The Fed akan berada di angka 5,75%-6%.

Hal tersebut mengakibatkan terjadi disparitas expected real rate antara Indonesia dan AS. Dengan asumsi Indonesia tetap mempertahankan suku bunga, maka suku bunga Indonesia bisa berada di level yang sama dengan suku bunga AS.

“Ini mengakibatkan CDS Indonesia meningkat. Sebab, CDS sendiri merupakan komponen dari mekanisme pasar obligasi dan sangat berpengaruh terhadap ekspektasi perubahan yield curve Indonesia,” kata Reza kepada Kontan.co.id, Jumat (10/3).

Reza memperkirakan, CDS Indonesia masih diekspektasikan untuk meningkat karena tekanan makro global. Walaupun begitu, CDS bukanlah satu-satunya indikator ekonomi yang dapat menggambarkan kondisi ekonomi Indonesia.

“Indikator ekonomi Indonesia lainnya seperti pertumbuhan kredit, tingkat konsumsi, dan inflasi masih terkendali saat ini. CDS bukan hanya sebagai acuan situasi ekonomi domestik,” sambungnya.

Baca Juga: Robert Kiyosaki: Bank Ketiga Akan Ambruk Mengikuti Silicon Valey dan Silvergate

Menurut Reza, peningkatan ekonomi Indonesia dan perbaikan sentimen global adalah faktor penting bagi CDS Indonesia. Bagi investor obligasi dengan horizon investasi jangka panjang, seharusnya tidak perlu khawatir karena CDS akan kembali ke level semula. Hal tersebut seiring ekspektasi kondisi ekonomi membaik, baik dari sisi investor global dan Indonesia. Selain itu, kondisi perekonomian tanah air masih mencerminkan fundamental yang kuat.

Reza bilang, sikap investor dalam menilai tingkat risiko investasi saat ini harus disesuaikan dengan profil risiko dan jangka waktu investasi. Jika tingkat kerugian investor sudah berada di ambang batas, maka investor dapat melakukan cut loss. Namun, terkhusus investor jangka panjang masih dapat menahan posisi bahkan menambah kepemilikan di obligasi karena harga sudah cukup atraktif memberikan imbal hasil (yield) yang diberikan.

“Seiring berjalannya waktu, pada akhirnya investor akan mendapatkan kupon bunga dan prinsipal dari investasi obligasi jika melakukan strategi hold to maturity,” pungkas Reza.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati