KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kehadiran investor asing pada pasar keuangan Indonesia mengindikasikan risiko investasi di tanah air terus mengecil. Hal ini tercermin dari tren penurunan level Credit Default Swap (CDS) Indonesia. Kamis (13/4) pekan lalu, CDS Indonesia tenor 5 tahun sempat berada di level 88.35 yang menjadi level terendah sejak 6 Februari 2023. Per hari ini, Kamis (20/4) CDS Indonesia tenor 5 tahun berada di level 94.36, berdasarkan data
world goverment bond. Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Suhindarto mengamati, turunnya level CDS Indonesia belakangan ini dipengaruhi oleh aksi beli asing yang masuk kembali ke pasar keuangan Indonesia.
Pekan lalu asing dilaporkan melakukan beli bersih sebesar Rp 8,49 triliun selama sepekan, di mana mereka melakukan net buy pada pasar surat utang pemerintah sebesar Rp2,91 triliun dan masuk ke pasar saham sebesar Rp 5,58 triliun. Masuknya asing ke pasar keuangan dalam negeri bukannya tanpa sebab, melainkan karena perekonomian dalam negeri memiliki prospek yang baik. Perbaikan ekonomi di dalam negeri tercermin dari berbagai
leading indicators yang terus menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia masih berada dalam jalur pemulihan.
Baca Juga: CDS Indonesia Membaik Terangkat Data Ekonomi Indonesia yang Positif Kepercayaan konsumen terjaga di level optimistis, aktivitas industri masih terus terekspansi, penjualan ritel terus tumbuh, inflasi yang semakin rendah dan menuju rentang sasaran bank sentral, dan neraca perdagangan Indonesia mampu terus mempertahankan tren surplus. “Berbagai hal tersebut menjadi sinyal dan sentimen positif akan baiknya kondisi ekonomi di dalam negeri yang secara tidak langsung membuat CDS kita rendah beberapa waktu terakhir ini,” kata Suhindarto, Rabu (19/4). Dari sisi eksternal, utang luar negeri Indonesia yang terus menurun dan cadangan devisa yang terus meningkat juga membuat CDS dapat ditekan ke level yang rendah. Selain itu, kondisi riil interest rate masih positif dan kompetitif jika dibandingkan dengan negara
peers yang
sovereign ratingnya setara, membuat investor memandang bahwa risiko berinvestasi di Indonesia relatif lebih rendah. Pefindo masih memperkirakan di tahun 2023 ini perekonomian Indonesia akan mampu tumbuh 4,9%-5,2% seiring dengan berbagai sentimen positif maupun tantangan yang menyertai. Selain itu, Darto menilai penurunan level CDS turut disebabkan oleh nilai tukar rupiah yang relatif menguat dibandingkan dolar AS pada beberapa waktu terakhir ini. Nilai tukar yang lebih kuat akan membuat risiko translasi investasi menurun dan pada akhirnya menekan CDS juga untuk turun.
Baca Juga: Pertanda Ekonomi Indonesia Pulih, Level CDS Bergerak Turun Darto berujar, prospek CDS Indonesia ke depan akan bergerak seiring dengan aliran masuk dan keluarnya modal asing dari Indonesia, serta pergerakan nilai tukar rupiah. Sepanjang kedua hal ini bisa dijaga, maka level CDS Indonesia optimistis akan terjaga. Hal ini dikarenakan peringkat
sovereign Indonesia diperkirakan masih akan bertahan di akhir tahun.
Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM) Reza Fahmi mencermati, level CDS Indonesia masih berpeluang untuk bergerak fluktuatif dengan kecenderungan positif dalam beberapa bulan ke depan. Dalam hal ini, CDS Indonesia punya kesempatan besar untuk terus menurun. “Hal tersebut karena seiring dengan pemulihan ekonomi yang diperlukan terus berlanjut dan juga kondisi ekonomi global yang relatif lebih
less volatile,” ungkap Reza kepada Kontan.co.id, belum lama ini. Reza bilang, sentimen yang mempengaruhi CDS Indonesia salah satunya ialah nilai inflasi berada pada level yang relatif terjaga. Meskipun ada tren peningkatan inflasi yang disumbang oleh bulan Ramadan, namun kalau dilihat secara tahunan peningkatan nilai inflasi lebih rendah jika dibandingkan bulan sebelumnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari