Level rupiah bikin nyaman pengusaha



KONTAN.CO.ID - Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) menguat tajam dalam dua hari terakhir. Namun Bank Indonesia (BI) menilai penguatan itu hanya sementara dan rupiah akan melemah pada akhir tahun di posisi Rp 13.420 per dollar AS.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara mengatakan, proyeksi kurs rupiah akhir tahun 2017 tersebut masih mempertimbangkan kenaikan suku bunga acuan The Fed dan pengurangan stimulus moneter Bank Sentral Eropa (ECB). Dengan pertimbangan kebijakan di AS dan ECB itu maka di akhir tahun depan, maka BI memprediksi kurs rupiah Rp 13.550 per US$.

Penguatan rupiah juga lantaran indeks dollar AS yang melemah akibat keraguan Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga acuan. "Penguatan rupiah beberapa hari ini hanya karena kondisi ekonomi AS yang tidak sekuat perkiraan sebelumnya," ujar Mirza, Senin (11/9).


BI meyakini kondisi pasar akan terus bergerak. Sehingga pada akhirnya bakal tercipta titik keseimbangan yang baru. Oleh karena itu, meskipun rupiah menguat belakangan ini, BI tak akan buru-buru memanfaatkan kesempatan untuk terus memperkokoh mata uang garuda. Meskipun begitu Mirza mengakui, posisi rupiah saat ini di bawah nilai fundamental (undervalue).

Namun di sisi lain, rupiah yang undervalue menguntungkan ekspor manufaktur dan mencegah impor yang tidak produktif. "Terlalu kuat tidak bagus, terlalu lemah juga tidak bagus," ujarnya.

Pengusaha nyaman

Seperti diketahui, dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2017, kurs rupiah dipatok Rp 13.400 per dollar AS. Dengan rupiah yang makin kuat maka akan berefek negatif ke kas negara.

Berdasarkan analisis sensitivitas perubahan asumsi makro APBNP 2017, setiap pelemahan rupiah sebesar Rp 100 per dollar AS akan meningkatkan penerimaan negara sekitar Rp 3,5 triliun-Rp 4,9 triliun. Kondisi ini juga berlaku sebaliknya, sehingga penerimaan negara bakal semakin susut jika rupiah menguat.

Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Perindustrian Johnny Darmawan berharap, BI tak perlu lagi memperkuat kurs rupiah. Alasannya, kurs rupiah saat ini sudah ideal bagi pengusaha, yaitu berada di level Rp 13.000-Rp 13.300 per dollar AS. Sebab, pengusaha telah terbiasa dan melakukan penyesuaian terhadap biaya produksinya dengan rupiah di level itu.

Meski demikian, Johnny mengakui, nilai tukar rupiah di bawah Rp 13.000 per dollar AS akan menguntungkan. Seperti pada awal tahun 2016, kurs rupiah menguat ke level Rp 12.500-Rp 12.600 per dollar AS. "Menurut saya, berdasarkan pengamatan dulu, ekuilibriumnya bisa mencapai Rp 12.500. Tetapi kan sudah kejadian saat ini rupiah di level Rp 13.300. Mungkin ekuilibriumnya sekarang di level itu," kata Johnny, Selasa (12/9).

Ekonom SKHA Institute for Global Competitiveness Eric Sugandi menilai, rata-rata nilai tukar rupiah yang ideal saat ini Rp 13.300 per dollar AS. Jika rupiah menguat terlalu besar, bakal menekan daya saing produk ekspor Indonesia di pasar internasional.

Selain itu, penguatan rupiah belakangan ini lantaran tekanan yang kuat atas dollar AS minggu lalu. Ke depan, nilai tukar dollar AS masih bisa menguat lagi. Dengan demikian, BI tidak perlu memanfaatkan kesempatan penguatan rupiah belakangan ini untuk menekan kurs rupiah di bawah Rp 13.000.

Hingga akhir tahun, Eric melihat rupiah di Rp 13.200 per dollar AS dan Rp 13.400 pada akhir tahun 2018. Perkiraan ini mempertimbangkan kondisi ekonomi AS dan arah kebijakan moneter Eropa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie