Lewat LCS, perbankan melirik transaksi rupiah di luar negeri



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Transaksi perdagangan dan investasi menggunakan mata uang lokal atau local currency settlement (LCS)  menjadi bisnis potensial bagi sektor perbankan. Melalui program ini, perbankan bisa menyediakan transaksi mata uang rupiah hingga ke luar negeri. 

Sebanyak 11 bank ditunjuk Bank Indonesia (BI) sebagai Appointed Cross Currency Dealer (ACCD). Belasan bank tersebut memfasilitasi pembukaan rekening mata uang rupiah di luar negeri dengan menggandeng bank mitra di sana.  

Mereka yang terlibat adalah PT Bank Central Asia, Tbk, Bank of China (Hongkong), Ltd, PT Bank China Construction Bank Indonesia, Tbk, PT Bank Danamon Indonesia, Tbk, PT Bank ICBC Indonesia dan PT Bank UOB Indonesia.


Kemudian PT Bank Mandiri (Persero), Tbk, PT Bank Maybank Indonesia, Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk, PT Bank OCBC NISP, Tbk, PT Bank Permata dan Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk.

Executive Vice President Secretariat & Corporate Communication BCA Hera F. Haryn menyatakan, Bank BCA mendukung kebijakan BI yang secara resmi memulai implementasi kerja sama LCS antara Indonesia dan China. 

Baca Juga: Maybank dukung transaksi bilateral dengan mata uang lokal

"Saat ini BCA adalah ACCD yang memfasilitasi transaksi rupiah dan yuan sesuai kerangka kerjasama LCS yang disepakati," kata Hera, Kamis (14/10). 

Berkat kerjasama tersebut, transaksi perbankan juga ikut terkerek. Bank BCA misalnya, berhasil mencatatkan pertumbuhan transaksi LCS lebih dari 10% yoy pada semester I-2021. 

Senada, Bank BRI juga memfasilitasi transaksi rupiah dan yuan sesuai kerangka kerja sama LCS. Corporate Secretary BRI Aestika Oryza Gunarto mengatakan potensi transaksi LCS cukup besar yakni mencapai US$ 2,5 juta per bulan. 

"Atas kemudahan dengan adanya LCS, diproyeksikan terjadi peningkatan transaksi dengan tujuan negara China. Terlebih setiap tahunnya terjadi peningkatan pada perdagangan internasional di antara Indonesia dan China," terangnya. 

Menurutnya, LCS ini tidak hanya bermanfaat bagi perbankan tapi juga korporasi non- bank. Sebab, LCS dapat memenuhi kebutuhan nasabah terutama nasabah ekspor-impor dari dan ke China sebagai partner dagang terbesar Indonesia. 

Tak hanya itu, biaya konversi transaksi dalam valuta asing juga lebih efisien, menjadi alternatif pembiayaan perdagangan dan investasi langsung dalam mata uang lokal. 

Serta menjadi instrumen lindung nilai dalam mata uang lokal, dan diversifikasi eksposur mata uang untuk penyelesaian transaksi di luar negeri. 

Direktur Global Banking Maybank Indonesia Ricky Antariksa juga menyebutkan berbagai keuntungan transaksi LCS. Salah satunya, menjamin nilai likuiditas karena biaya hedging jadi lebih efisien khususnya untuk pendanaan jangka panjang. 

Untuk mendukung kelangsungan bisnis perdagangan ekspor impor, Maybank Indonesia  memberikan layanan Cash Management dan juga Trade Finance. Nasabah juga dimudahkan dengan biaya administrasi, konversi transaksi dan remitansi yang lebih efisien.

Hingga saat ini, BI sudah menandatangani beberapa nota kesepahaman kerjasama LCS dengan beberapa negara di kawasan ASEAN, yakni Malaysia dan Thailand, serta di kawasan Asia Pasifik, China dan Jepang.

BI melaporkan nilai transaksi LCS dengan Malaysia dan Thailand meningkat setiap tahun. Pada 2018, nilai transaksi LCS dengan kedua negara tersebut mencapai US$ 350 juta. Kemudian menjadi US$ 760 juta pada tahun 2019.  

Nilainya terus bertambah seiring keterlibatan negara Jepang. Tak main - main, nilai transaksi LCS menyentuh angka US$ 1,2 miliar pada Januari - Juli 2021. Rata - rata transaksi dari ketiga negara tersebut mencapai US$ 177 juta per bulan. 

Selanjutnya: BI rumuskan insentif bagi para pelaku usaha yang menggunakan LCS

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi