KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan modal ventura Sequoia Capital India terus membidik menyuntik investasi kepada start up di kawasan Asia Tenggara dan India. Lewat program Surge, Sequoia memberikan pendanaan bagi
start up early stage atau pada pengembangan tahap awal. Start up terpilih akan mendapatkan pendanaan US$ 1 juta hingga US$2 juta.
Managing Director Surge Rajan Anandan bilang hingga Januari 2019 sudah menyalurkan pendanaan kepada 37 start up. Sebanyak 17 entitas pada gelombang pertama. Adapun gelombang kedua terdapat 20 start up yang baru saja diumumkan. Saat ini, pendaftaran gelombang tahap ketiga baru saja dibuka.
Baca Juga: East Ventures klaim portofolionya berkontribusi 50% terhadap industri e-commerce RI Dari jumlah tersebut terdapat lima start up asal Indonesia, yakni Chilibeli, Storie, dan Rukita pada gelombang pertama. Adapun pada gelombang kedua ada Bobox dan Qoala asal Indonesia. Kelima
startup asal Indonesia ini mencakup berbagai sektor, diantaranya
insurtech,
hospitality,
e-commerce,
social commerce, dan
co-living. Rajan bilang tiap gelombang Surge memilih 15 sampai 20 entitas
start up. Sedangkan dalam satu tahun terdapat dua gelombang. “
Start up apa yang kami cari? Indonesia memiliki 152 juta pengguna berdasarkan riset Google, Tamasek, dan Bain & Company. Begitu banyak pengguna Indonesia, begitu banyak pula potensi di negara ini, jadi kami lihat di semua sektor,” ujar Rajan pada konferensi regional Tech in Asia 2019, di Jakarta, pada Rabu (9/10). Kendati demikian, Rajan menjelaskan dua aspek yang paling dilihat dan menjadi pertimbangan dalam memilih start up yang bisa mengikuti program Surge. Pertama
founder (pendiri) start up, sebab aspek ini paling penting dalam mengembangkan perusahaan. Bagaimana visi pendiri, kemampuan menjalankan usaha, hingga pemahaman yang lebih dalam terhadap industri. Kedua, aspek besaran pasar atau ekosistem industri yang dijalankan oleh sebuah start up. Sebab Sequoia tidak hanya ingin start up tersebut tumbuh di Indonesia, tapi juga menjangkau pasar Asia Tenggara hingga dunia.
Baca Juga: Modal ventura masih melirik investasi di sektor perdagangan dan restoran Rajan menyebut membangun start up, terutama pada tahap awal, bisa menjadi tantangan yang besar. Lantaran dibutuhkan upaya yang luar biasa untuk membangun produk pertama, merekrut
engineer pertama dan mendapatkan pelanggan pertama. “Banyak
founder dari
early stage startup di Asia Tenggara juga merasa bahwa mereka menghabiskan terlalu banyak waktu untuk penggalangan dana yang menyebabkan mereka mengorbankan waktu untuk membangun bisnis mereka,” jelas Rajan. Oleh sebab ia, Surge dirancang untuk memberikan para
founder keunggulan sejak awal dan membantu para
founder menangani tantangan-tantangan ini melalui akses terhadap dana, sumber daya, mentor, dan bantuan ahli yang mereka butuhkan untuk mengembangkan
startup mereka. Surge telah dirancang dengan konsep ‘open architecture’, untuk mendukung para investor lain untuk terlibat dalam putaran pendanaan Surge pertama. Bahkan, 80% dari
startup Surge gelombang kedua 2019 memiliki
co-investor di putaran pendanaan Surge. Para
founder juga memiliki kesempatan untuk mempresentasikan
startup-nya di hadapan berbagai perusahaan modal ventura dan investor strategis di akhir program.
Surge adalah program empat bulan dimana para
founder startup akan mengikuti program seminggu setiap bulannya. Setiap bulan, start up terpilih akan diboyong ke berbagai kota ekosistem start up dunia seperti Singapura, Bangalore, Beijing dan San Fransisco (Silicon Valley).
Baca Juga: Bisnis kredit konsumer pada Fintech diyakini masih cerah, ini alasannya Asal tahu saja, Sequoia sudah investasi di Indonesia sejak 2014 lalu. Modal Ventura ini sudah menyalurkan investasi ke beberapa jenis pendanaan. Pertama lewat Surge kepada Bobobox, Qoala. Adapun pendanaan tahap awal atau
seed ke pada Pajak Online, Kargo. Sedangkan pendanaan Series A telah diberikan kepada GoJek, Modalku, Kopi Kenangan, dan Midtrans. Adapun untuk pendanaan Series B+ diberikan kepada Tokopedia dan Traveloka. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi