Libur panjang diharapkan tidak mempengaruhi tren penurunan kasus aktif Covid-19



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren penurunan kasus aktif Covid-19 di Indonesia saat ini terus menurun setiap harinya. Dan adanya periode libur panjang Isra Mi'raj 1443 Hijriah, diharapkan agar masyarakat tidak gegabah dalam memanfaatkan hari liburnya. Hal ini untuk menjaga agar tren positif penanganan pandemi Covid-19 terus berlanjut.

Menurut Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito meminta tren yang positif ini harus dipertahankan dan kedepannya harus ditingkatkan lebih baik lagi hingga pandemi berakhir. "Hal ini memperlihatkan bahwa penanganan terhadap mereka yang terjangkit Covid-19 sudah ditangani dengan baik. Tren penurunan kasus aktif ini ini harus terus dijaga, agar nantinya kasus aktif dapat hilang," Wiku mengawali agenda keterangan pers perkembangan penanganan Covid-19 di Graha BNPB, Jumat (12/3/2021), yang disiarkan kanal YouTube BNPB Indonesia. 

Selain terus meningkatkan penanganan pada kasus aktif, pemerintah terus memonitoring perkembangan kasus kematian akibat Covid-19. Hal ini agar pemerintah dapat mengambil langkah yang tepat dalam menekan angka kematian pasien Covid-19. 


Belajar dari pengalaman sebelumnya, dari grafik perkembangan kasus kematian, terlihat mulai dari Maret - September 2020, kasus kematian mengalami tren kematian. Lalu sempat menurun pada Oktober dan November, namun kembali mengalami tren meningkat hingga Januari 2021. 

Baca Juga: Satgas Covid-19: Vaksin AstraZeneca tidak terindikasi menyebabkan pembekuan darah

Melihat lebih dekat perkembangan dari bulan ke bulan, pada 4 bulan pertama peningkatan cenderung tajam hingga mencapai 70 persen. "Masa-masa ini Indonesia dihadapkan pada pandemi yang secara tiba-tiba, dan tengah melakukan percepatan penanganan, salah satunya dengan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)," imbuh Wiku. 

Kemudian pada Juli menuju Agustus 2020, kasus kematian sempat mengalami penurunan. Namun pada September, kembali meningkat secara signifikan mencapai 46 persen atau 1.048 kasus. Peningkatan ini dikarenakan kontribusi adanya periode libur panjang 15 - 17 Agustus dan 20 - 23 Agustus 2020. Kasus kematian Kemabali menurun pada kurun Oktober dan November, namun pada Desember 2020 hingga Januari 2021. 

Peningkatan ini juga seiring dengan adanya periode libur panjang Natal dan Tahun Baru. Secara jumlahnya, dsri November 2020 - Januari 2021, 4.252 kasus atau meningkat lebih dari 100 persen dibandingkan Oktober 2020. "Ini artinya bahwa, terdapat implikasi kematian dari setiap event libur panjang," lanjut Wiku. 

Sebagai perbandingan, pada bulan-bulan tanpa periode libur panjang, jumlah kematian antara 50 - 900 kasus. Sementara pada bulan-bulan dengan libur panjang, jumlah kematian meningkat tajam mencapai 1000 - 2000 orang. Karenanya Wiku meminta masyarakat bijak dalam menyikapi libur panjang karena secara langsung mempengaruhi jumlah orang yang meninggal. 

"Bayangkan dalam 1 bulan, kita bisa kehilangan lebih dari 1000 nyawa hanya karena memilih melakukan perjalanan dan berlibur," Wiku menyayangkan.

Untuk itu masyarakat dan pemerintah daerah diminta belajar lebih bijaksana lagi dalam mengambil keputusan. Dan jangan sampai keputusan yang diambil membahayakan nyawa diri sendiri dan orang lain. 

#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitanganpakaisabun

Selanjutnya: Jangan sepelekan! Ini 5 gejala baru virus corona yang perlu dicermati

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .