Lika-liku raja tandon air di tanah air



KONTAN.CO.ID - Liem Sugiono Salim boleh lah disebut sebagai raja tangki dan tandon air di Indonesia. Di bawah bendera PT Penguin Indonesia, ia berhasil menjual ribuan tangki air merek Penguin saban hari.

Kesuksesan Sugiono dalam mengembangkan usaha tangki air tidak datang begitu saja. Ia harus melalui rentetan panjang perjalanan dalam dunia bisnis. Jatuh bangun dalam berbisnis pun dia alami.

Sebelum berbisnis tandon, Sugiono menjajal sejumlah bidang usaha dan berkali-kali menghadapi kegagalan di usahanya. Bisnis tandon merupakan bisnis terakhirnya, usai perantauannya ke Taiwan selama enam bulan.  


Sugiono berkisah, sejak kecil, kedua orang tuanya sudah mempersiapkan anak-anaknya untuk hidup mandiri.  Karena itu, ia pun selalu tertantang untuk bisa memulai usaha sendiri. Uang jajan yang selama ini diberikan orang tua, dia manfaatkan sebagai modal usaha.

Pertama kali terjun ke dunia bisnis, ayah tiga anak ini memproduksi kasur lipat. Ketertarikannya pada produk ini lantaran pembuatan dan penjualannya mudah. Apalagi, semua orang membutuhkan kasur.

Ia pun memulai usaha dengan membeli pipa dan  peralatan pendukung lainnya. Bahkan karena keterbatasan modal ia memilih menggunakan mesin seken untuk produksi.

Pada 1978, Sugiono meluncurkan karus lipat perdananya. Mereknya Alfa Founding Bed.

Kasur lipat ini laris manis di pasaran. Kesuksesan ini pun mengundang pebisnis lain ikut memproduksi kasur lipat. Namun, mereka menjualnya dengan harga miring.

Harga memang sebanding dengan kualitas. Kasur lipat yang berharga miring itu ternyata tak sebanding kualitasnya dengan Alfa Founding Bed.

Meski begitu, Sugiono sempat gusar. Namun, dia tak lantas menurunkan produksi kasur lipatnya supaya bisa dijual dengan harga murah. Dia justru melirik produk lainnya, untuk menambah lini produknya. Saat itu, rak piring menjadi pilihannya.

 Mengendus peluang bisnis tandon air

Seorang pebisnis tidak hanya mengandalkan kemampuan produksi dan penjualan. Namun, pengusaha juga harus mahir mengelola keuangan. Perputaran uang yang sehat menjadi kunci kelanjutan operasional sebuah perusahaan.

Saat berbisnis kasur lipat, Sugiono pun menghadapi masalah berupa perputaran uang yang seret.  Meski kasur lipatnya laris, tapi banyak pelanggan tidak membayar tepat waktu. Kondisi ini cukup mengganggu keuangannya, hingga memaksa Sugiono menutup usaha kasur lipatnya.

Dia pun beralih ke bisnis jual beli bahan baku. Kali ini, Sugiono menyasar konsumen korporasi. Tapi sayang usaha ini juga tidak bertahan lama. Sebab, konsumen sering menekan harga produk sehingga bisnisnya pun gulung tikar.

Namun pria berusia 61 tahun ini bukanlah orang yang mudah menyerah. Ia menjajal peruntungannya dengan membuat tangki air, setelah mengendus adanya peluang berbisnis tangki air. Maklum, saat itu, banyak rumah yang mengandalkan pasokan air minum dari perusahaan air minum. Alhasil, muncul kebutuhan tandon air untuk menampung pasokan air bersih di rumahnya.

Namun  kali ini ia tidak sendirian. Sugiono menggandeng saudaranya yakni Paul Slamet. Mereka pun membentuk perusahan baru dengan modal Rp 14 juta pada tahun 1980-an.

Pada bisnisnya kali ini, Sugiono lebih percaya diri lantaran Paul punya pengalaman dan kemampuan mengelola uang dan administrasi  perusahaan. Sementara, ia bisa fokus pada proses produksi.

Hanya, bisnis barunya ini berbeda dengan sebelumnya, khususnya dalam penggunaan bahan baku. Jika saat produksi kasur lipat, dia banyak menggunakan besi, untuk membuat tandon bahan baku yang dipakai adalah plastik.

Oleh karena itu, sebelum memulai bisnis ini, Sugiono menimba ilmu dan pengalaman ke Taiwan. "Saya mendapatkan ilmu dari kanan kiri, mencoba inovasi dengan konsep yang sudah ada untuk  menghasilkan produk yang lebih pas dan lebih bagus," imbuhnya. Tangki air Penguin pun meluncur pada 1982.

Kali ini, Sugiono tak menjual secara langsung pada konsumen. Ia menggunakan tenaga pemasar untuk menjangkau toko-toko di sekitar Jakarta. Perlahan tapi pasti, produknya berhasil mendapatkan perhatian konsumen.

Mendapat berkah dari krisis moneter

    Berbagai strategi disusun agar produk yang dihasilkan benar-benar diterima pasar. Sugiono memutuskan memproduksi tangki dengan ukuran yang lebih besar dari produk yang ada saat itu. Produk Penguin memiliki pilihan ukuran 500 liter, 3.900 liter dan 5.000 liter. Selain itu, dia memberi garansi tangki airnya bisa bertahan selama selama 18 tahun.

Dengan strateginya itu, tangki air Penguin pun langsung diterima pasar. Penjualan dan pendapatan perusahaan pun terus meningkat.

Namun, lagi-lagi ia harus berhadapan dengan pengusaha yang meniru produknya dengan harga miring dan kualitas lebih rendah. Sugiono tidak terpancing dengan ikut membanting harga dan kualitas. Ia tetap mempertahankan kualitas produk untuk menjaga kesetiaan pelanggan. Menurutnya, harga produknya tergolong murah bila dibandingkan dengan kualitas dan jaminan yang dia berikan kepada konsumen.

Di tengah persaingan yang ketat, Dewi Fortuna masih berpihak pada Sugiono. Kala itu, memasuki krisis moneter tahun 1998, banyak  pengusaha yang gulung tikar karena tidak mampu membeli bahan baku. Nilai tukar rupiah atas dollar naik tinggi, sehingga banyak pengusaha tidak lagi sanggup berproduksi atau membayar utang.

Di tengah krisis  ekonomi yang menjadi horor pelaku usaha di Tanah Air itu, Sugiono mengaku malah memperoleh berkah. Ia mendapatkan  keuntungan karena sudah memiliki stok bahan baku dalam jumlah besar.

Kesempatan itu, ia manfaatkan untuk mengisi kekosongan penjualan tangki air dari para pesaingnya. Ia mengirim surat kepada para pelanggannya dan para pemilik toko yang sering menjual tangki air.

Dalam surat tersebut, ia memastikan produknya tetap ada dan harga tidak berubah alias tidak naik. "Tidak apalah saya rugi sedikit hitung-hitung ongkos promosi. Tapi, nanti orang lihat barang saya masih ada terus di toko-toko yang jualan," kenangnya.

Sugiono juga tidak mengurangi jumlah karyawan. Bisnis tetap berjalan seperti biasa. Dengan langkah itu tangki air Penguin semakin populer.

Saat kondisi ekonomi mulai membaik, dia pun dengan perlahan menyesuaikan harga jual di pasaran.  Meskipun sudah lolos dari krisis, Sugiono tetap melakukan inovasi agar produknya tetap diminati pasar.

Setelah krisis, muncul persoalan pajak. Dia mengaku, selama ini memang fokus pada produksi dan percaya dengan karyawan. Karena itu ia tidak pernah serius melakukan cek and ricek terkait dokumen yang ditandatanganinya.

Merasa administrasi berantakan, dia mulai melakukan pembenahan dengan membuat pembukuan secara terbuka serta menghitung kembali nilai pajak yang harus disetorkan ke negara.  "Jika kita bayar pajak dengan benar maka negara bisa menjaga kita," tegasnya.

Setelah melewati masa-masa sulit, kini Penguin Indonesia telah mengoperasikan delapan pabrik yang tersebar di Jakarta, Karawang, Surabaya, Semarang, Pontianak, Makassar, dan Medan. Penyebaran pabrik di sejumlah wilayah dimaksudkan untuk memenuhi permintaan di wilayah tersebut, sekaligus memotong biaya logistik.  

Produk tangki air Penguin juga makin beragam. Selain menghadirkan ukuran tangki di atas rata-rata, Penguin juga mengeluarkan produk tangki anti bakteri, UV Light, untuk keperluan rumah tangga  hingga pabrikan.

Total ada 10 macam tangki. Beberapa di antaranya adalah general tank, silo tank, eco tank dan underground. Ini semua berkat inovasi dan kejelian Sugiono melihat perubahan kebutuhan pasar.

Merasa sudah cukup memimpin bisnisnya, Sugiono mulai menurunkan posisi kepada anak-anaknya yaitu James Salim dan Calvin Salim. Generasi kedua itu mulai menjajal program digital marketing untuk memasarkan produknya.  

Menyasar pasar ritel dan korporasi, total penjualan dalam setahun  mencapai 1 juta unit.

Rutin olahraga pagi dan suka Jackie Chan

Meskipun sudah memasuki usia yang terbilang tidak muda lagi, tapi Liem Sugiono Salim, pendiri PT Penguin Indonesia, masih aktif bekerja. Agar tetap fit, sebelum bekerja setiap hari, pria berusia 61 tahun ini rutin berolahraga pagi.

Sebelum berangkat ke kantor, Sugiono jalan pagi berkeliling di komplek perumahan sejak pukul 06.00 WIB. Menurutnya, jalan kaki ini suatu rutinitas yang menyenangkan, selain membawa kebugaran pada fisiknya yang sudah melewati usia setengah abad itu. "Jalan dan memberikan sapaan selamat pagi, itu nikmat sekali," ujarnya kepada KONTAN, beberapa waktu lalu.

Setelah merasa sudah cukup olahraga pagi, dia pun pulang ke rumah dan sarapan. Setelah itu, dia memilih berkumpul dengan teman-temannya bermain ping pong di halaman depan  rumahnya. Selama bermain ping pon, mereka kerap mengobrol tentang  apapun yang menarik dibicarakan.  

Menurut Sugiono, rutinitas ini merupakan sesuatu yang menyenangkan di hari tuanya. Baginya, permainan ini membuatnya tampak lebih bersemangat, mampu  menghilangkan pikiran negatif serta bisa melatih otot-ototnya agar tetap dalam kondisi baik.  

Setelah arah jarum jam bergerak menunjukkan pukul 10.00 WIB, rekan-rekannya satu persatu pulang ke rumah.  Kemudian ia pun bersiap-siap berangkat menuju kantor yang berada di bilangan Jakarta Barat.

Rutinitas hariannya ini berbeda ketika memasuki akhir pekan. Pada akhir pekan Sugiono tetap sibuk olahraga pagi, tapi setelah itu ia berkumpul  dengan anak-anaknya. Kemudian mereka makan bersama dan menonton film bersama di bioskop. "Saya menonton film apa saja.  Saya suka banget sama Jackie Chan," katanya sambil tertawa.

Rutinitas dan hobinya ini membuat Sugiono tetap terlihat segar dan bisa menikmati pekerjaan setiap hari tanpa merasa ada beban yang terlalu berat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Johana K.