Likuiditas Bank Permata cukup untuk infrastruktur



JAKARTA. Loan to Deposit Ratio (LDR) yang mencapai 90% pada paruh pertama tahun ini tidak membuat PT Bank Permata Tbk pesimis dalam menyalurkan pembiayaan untuk proyek infrastruktur. Sifat proyek yang jangka panjang dipercaya akan tertolong dengan pendanaan bertahap. Roy Arfandy, Direktur Utama Bank Permata optimistis, likuiditas untuk pembiayaan proyek-proyek infrastruktur pada semester kedua ini masih encer. Mengingat, pertama, likuiditas di pasar masih sangat baik, dan kedua, model pendanaannya dilakukan secara bertahap karena proyek jangka panjang. Hal ini tercermin dari LDR perseroan yang membaik, yakni dari 92% pada tahun sebelumnya membaik menjadi 90% pada paruh kedua ini. Pertumbuhan kredit yang melambat dan tingkat pertumbuhan dana pihak ketiga yang lebih tinggi mengakibatkan perbaikan pada rasio LDR. Apalagi, pembangunan infrastruktur yang digenjot pemerintah sendiri baru akan dipercepat pada paruh kedua ini, sehingga tidak akan berdampak pada likuiditas semester kedua. "Di samping itu, proyek infrastruktur yang dibiayai Bank Permata tidak besar, kurang dari 5% dari total kredit yang telah disalurkan," ujarnya kepada KONTAN, Senin (10/8). Asal tahu saja, sampai Juni 2015, Bank Permata tercatat menyalurkan total kredit sebesar Rp 130 triliun. Hitung punya hitung, itu berarti, pembiayaan infrastruktur perseroan kurang dari Rp 3,25 triliun. Adapun, dana pihak ketiganya mencapai Rp 144 triliun sampai akhir Juni 2015 lalu. "Proyek infrastruktur memang butuh pendanaan yang besar, tetapi proyeknya pun jangka panjang sehingga realisasi pendanaannya bisa bertahap. Sementara ini kami belum ada perubahan terkait capital raising. Masih sesuai Rencana Bisnis Bank (RBB) 2015," pungkasnya. Berdasarkan laporan keuangan perseroan, emiten berkode BNLI ini memang tercatat menyalurkan banyak kredit ke sektor energi dan infrastruktur, seperti transportasi, pergudangan, komunikasi, konstruksi, listrik, gas dan air. Adapun, secara keseluruhan, Bank Permata menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 10% untuk semua segmen, kecuali segmen usaha kecil dan menengah yang dipatok tumbuh 15%. Hal ini sesuai dengan arahan Otoritas Jasa Keuangan yang mendorong bank-bank untuk mempertebal portofolio kredit di sektor UKM.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Hendra Gunawan