Likuiditas berlimpah, penawaran masuk pada lelang SBSN meningkat



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Pemerintah kembali menggelar lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), Selasa (19/10). Tercatat, jumlah penawaran yang masuk pada lelang kali ini mengalami kenaikan. 

Berdasarkan data DJPPR, total penawaran yang masuk sebesar pada lelang kali ini mencapai sebesar Rp 53,42 triliun. Jumlah ini naik dibandingkan lelang SBSN yang digelar sebelumnya, yakni Selasa (5/10), di mana penawaran yang masuk mencapai Rp 46,07 triliun.

Dari total penawaran yang masuk, pemerintah menyerap sebanyak Rp 5 triliun pada lelang kali ini. Jumlah ini sesuai dengan target indikatif yang ditetapkan pemerintah. 

Senior Economist Samuel Sekuritas Fikri C Permana mengungkapkan, lebih tingginya hasil lelang kali ini tidak terlepas dari penguatan yield dalam beberapa hari terakhir.  Asal tahu saja, yield SBN 10 tahun berhasil kembali menguat ke level 6,15%  di mana pada pekan lalu sempat menyentuh 6,3%.

Baca Juga: Investor asing di SBN belum tumbuh seperti di pasar saham

“Selain itu, supply surat utang di pasar primer kan semakin terbatas, sementara kondisi likuiditas domestik masih sangat bagus. Tak pelak, jadi banyak investor yang kejar SBSN,” ujar Fikri ketika dihubungi Kontan.co.id, Selasa (19/10).

Fikri meyakini, kelompok perbankan masih tetap mendominasi pada lelang kali ini. Walaupun penyaluran kredit mengalami kenaikan, menurutnya Dana Pihak Ketiga (DPK) di perbankan masih tetap tinggi. Jadi likuiditas tersebut pada akhirnya masih tetap dialihkan ke SBSN maupun SBN.

Dalam lelang hari ini, seri PBS029 menjadi seri yang paling banyak diburu investor dengan jumlah penawaran masuk hingga Rp 14,475 triliun. Namun, seri PBS031 menjadi seri yang paling banyak dimenangkan mencapai Rp 1,4 triliun, dengan yield rata-rata yang dimenangkan sebesar 4,08%.

Menurut Fikri, secara Weighted Average Yield (WAY) PBS031 mengalami penurunan dibanding lelang SBSN sebelumnya. Alhasil, pemerintah lebih banyak yang memenangkan seri PBS031. Adapun, pada lelang SBSN (5/10), WAY seri PBS031 sebesar 4,20%, sementara pada lelang kali ini sebesar 4,08%.

“Untuk yield secara keseluruhan masih sangat kompetitif, mencerminkan kondisi pasar,” imbuhnya. 

Ke depan, Fikri meyakini prospek penerbitan surat utang, baik itu SBN maupun SBSN akan cenderung dibatasi. Apalagi, per akhir September, realisasi penerbitan SBN neto pemerintah sudah mencapai Rp 614,7 triliun atau 73% dari target neto sebesar Rp 879,5 triliun.  

Menurutnya, jika pemerintah bersikap moderate, berdasarkan hitungannya target tersebut bisa tercapai pada akhir Oktober atau awal November. Oleh karena itu, kemungkinan besar pemerintah akan cenderung mengulur-mengulur penerbitan dengan menahan diri tidak menyerap secara jor-joran. 

Ia berujar, saat ini, realisasi belanja pemerintah lebih rendah. Lalu ada Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) sekitar Rp 200 triliun. Ditambah lagi penerimaan PPH Migas akan tinggi karena naiknya harga komoditas energi.

“Dengan demikian penerbitan surat utang pemerintah secara mingguan akan kecil dan tidak jor-joran. Kalau sampai berlebih malah justru akan jadi beban tambahan bagi pemerintah ke depannya,” kata Fikri.

Selanjutnya: Pasokan terbatas, penawaran masuk pada lelang SBSN (19/10) capai Rp 53,42 triliun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat