Likuiditas ketat, bank pangkas target



JAKARTA. Kondisi likuiditas yang mengetat turut mempengaruhi rencana dan target bisnis perbankan pada tahun ini. Meski tak mengubah atau merevisi rencana bisnis bank (RBB), beberapa bank mulai menurunkan target akhir tahun pasca melesetnya capaian kinerja paruh pertama 2014.

PT Bank Central Asia (BCA) Tbk, misalnya. Bank milik Grup Djarum ini pesimistis mampu memenuhi target maksimal pertumbuhan kredit tahun ini, sesuai arahan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI), yaitu di kisaran 15% hingga 17%.

Alhasil, menurut Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja, pihaknya telah menurunkan target pertumbuhan kredit yang telah ditetapkan sebelumnya dalam RBB yang sebesar 15% atau setara Rp 45 triliun. "Dengan melihat situasi saat ini, target kredit sebesar 15%–17% tidak bisa kami penuhi. Mungkin hanya sebesar 8%–10% sampai akhir tahun nanti," katanya, belum lama ini.


Selain itu, BCA menurunkan target pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sampai akhir tahun 2014 menjadi sebesar 8%. Meski begitu, BCA belum mau mengubah RBB karena masih harus mengajukan revisi serta memantau kondisi ekonomi nasional.

Langkah tersebut wajar saja jika melihat pertumbuhan kredit secara industri hingga akhir Mei 2014 yang cuma sebesar 3,59%. Sedangkan pertumbuhan (DPK) hanya sebesar 2,55%.

Menurut Jahja, kondisi likuiditas saat ini memang mengetat. Pertumbuhan DPK selama semester I-2014 biasanya tumbuh 5% hingga 6%. "Ketatnya likuiditas di pasar menyebabkan suku bunga deposito meningkat. Secara industri, suku bunga deposito kini berkisar 7,8%–11%. Ini tentu membutuhkan biaya dana yang besar," tukasnya.

Dana murah seret

PT Bank CIMB Niaga Tbk juga menurunkan targetnya. Presiden Direktur CIMB Niaga Arwin Rasyid mengungkapkan, pihaknya merevisi seluruh target kinerja tahun ini karena adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi domestik. "Ada revisi karena ada perlambatan dimana-mana. Biaya dana untuk deposito masih mahal, jadi kalau menambah dana tentu membayar mahal. Kasih kredit lebih mahal juga, dan itu memberatkan dunia usaha," katanya.

Dalam tujuh tahun terakhir, dia menilai, tingkat suku bunga deposito tidak pernah semahal saat ini. Kenaikan suku bunga Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) ke posisi 7,75% turut mengerek bunga deposito. Kenaikan tersebut tidak menutup kemungkinan menyebabkan penyesuaian kembali suku bunga simpanan oleh sejumlah bank.

Tak heran, CIMB Niaga menurunkan target pertumbuhan kredit sampai akhir tahun nanti menjadi sebesar 11%. Namun, Arwin masih berharap, biasanya pembelanjaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) pada kuartal III dan IV saban tahun akan meningkat tajam. Hal itu disusul oleh pertumbuhan dana masyarakat sehingga bunga deposito bisa turun.

Toh, pertumbuhan kredit yang tanpa diimbangi kenaikan dana murah tampaknya akan berlangsung hingga akhir 2014. "Kalau sampai akhir tahun irama pertumbuhannya seperti ini, pertumbuhan kredit secara nasional bisa di bawah 10%," imbuhnya.

Sedangkan PT Bank Mandiri Tbk mengaku tak akan merevisi target pertumbuhan kredit. Budi Gunadi Sadikin, Direktur Utama Bank Mandiri menyatakan, target pertumbuhan kredit tetap dipatok 15%–17% dengan mengandalkan sektor mikro.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yuwono Triatmodjo