Likuiditas ketat, BJB rilis obligasi Rp 5 triliun



DENPASAR. Tantangan bank di tahun depan semakin berat. Oleh karena itu, Bank Jabar Banten (BJB) berhati-hati melakukan ekspansi. Selain berupaya menjaga likuiditas dan menekan kredit bermasalah, BJB memutuskan menunda akuisisi perusahaan pembiayaan, yang semula ditargetkan terwujud tahun depan.

Direktur Utama BJB, Bien Subiantoro, mengatakan tantangan utama perbankan di tahun depan adalah likuiditas yang ketat. Banyak dana nasabah institusi keluar dari sistem perbankan. Dana itu dialihkan untuk membeli surat utang negara (SUN) dengan tujuan mendongkrak yield SUN. Alhasil, likuiditas semakin seret dan persaingan memperebtukan dana pihak ketiga (DPK) kian ketat. "DPK perbankan akhir tahun akan menurun," kata Bien. Demikian pula likuiditas di BJB.

Rasio pinjaman dibandingkan simpanan alias loan to deposit ratio (LDR) BJB saat ini 90%. Biasanya LDR BJB di rentang 70%-80%. Likuiditas BJB juga semakin ketat, lantaran banyak dana pemerintah daerah di Jabar ditarik untuk pembayaran proyek.


Di awal 2014, likuiditas BJB tak terlalu berat, karena dana pemda di Jabar kembali masuk. Namun, mulai pertengahan tahun, dana itu ditarik lagi untuk pembayaran proyek. Dus, likuiditas kembali ketat. "Kuartal pertama biasanya banjir likuiditas," kata Bien.

Mengantisipasi likuiditas ketat, BJB ingin merilis obligasi Rp 5 triliun. Obligasi ini akan terbit secara berkelanjutan, tergantung harga saat itu. Paling cepat, BJB menjual obligasi di kuartal II 2014.

Tantangan perbankan lain adalah rasio kredit bermasalah (non performing loan). Menurut Bien, risiko paling besar bakal terjadi di segmen kredit komersial dan korporasi. Debitur yang merupakan pengusaha menengah dengan pinjaman antara Rp 5 miliar-Rp 100 miliar paling riskan.

Mereka biasanya agresif ekspansi. Lantaran ingin tumbuh lebih cepat, mereka kerap mengajukan kredit di atas kemampuan membayar cicilan. Untuk itu, BJB konservatif menyalurkan kredit di segmen komersial dan korporasi menengah, demi menekan NPL. Saat ini, NPL segmen menengah 6,6%, turun dibanding tahun lalu, yang sekitar 14%.

Tahun depan, BJB menargetkan merampungkan akuisisi perusahaan asuransi Staco Mandiri. Proses akuisisi senilai Rp 100 miliar itu masih terganjal lantaran Bank Indonesia belum mengizinkan.

Adapun rencana akuisisi multifinance bakal ditunda. Aksi ini tak masuk dalam rencana bisnis bank (RBB) tahun 2014. Sebab, rencana itu berisiko menggerus modal BJB yang saat ini Rp 5,2 triliun. Nilai akuisisi multifinance itu lebih dari Rp 200 miliar. Jadi, BJB berisiko turun kelas dari bank umum berdasarkan kegiatan usaha (BUKU) 3 ke BUKU 2.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sandy Baskoro