KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) terus menembakkan amunisi untuk menderaskan aliran kredit baru. Jurus terbaru bank sentral yang berlaku adalah pelonggaran likuiditas dengan mengocok ulang aturan giro wajib minimum (GWM). Implementasi GWM rata-rata (
averaging) sudah diterapkan sejak Juli 2017. Kemudian, BI merombak aturan GMW yang diterapkan 16 Juli 2018 ini. (
Lihat tabel).
Substansi | Lama | Baru | Berlaku |
Tambahan porsi GWM rata-rata bagi GWM dalam rupiah BUK | GWM: 6,5% - GWM harian: 5% - GWM rata-rata: 1,5% | GWM: 6,5% - GWM harian: 4,5% - GWM rata-rata: 2% | 16-Jul-18 |
Penihilan Jasa Giro | 2,5% atas bagian tertentu dari GWM Rupiah | 0% | 06-Jul-18 |
Implementasi GWM rata-rata bagi GWM dalam valuta asing bagi BUK | GWM: 8% - GWM harian: 8% - GWM rata-rata: 0% | GWM: 8% - GWM harian: 6% - GWM rata-rata: 2% | 01-Okt-18 |
Implementasi GWM rata-rata bagi GWM dalam rupiah bagi BUS dan UUS | GWM: 5% - GWM harian: 5% - GWM rata-rata: 0% | GWM: 5% - GWM harian: 3% - GWM rata-rata: 2% | 01-Okt-18 |
Tentunya, bank mendapatkan angin segar dari aturan ini. Donsuwan Simatupang, Direktur PT Bank Mandiri Tbk mengatakan, akan berdampak pada likuiditas. "Bank mempunyai banyak ruang likuiditas untuk melakukan ekspansi kredit," katanya, kepada KONTAN, Senin (16/7). Pada tahun ini, Bank Mandiri memproyeksikan kredit tumbuh 11%-13%.
Parwati Surjaudaja, Presiden Direktur PT Bank OCBC NISP Tbk mengatakan, perubahan tersebut akan memberikan pelonggaran likuiditas pasar uang. Ujungnya, akan dapat meningkatkan efisiensi pengelolaan likuiditas. Bank berkode saham
NISP ini mengaku, sudah mengantisipasi perubahan aturan GWM tersebut. NISP menargetkan kredit tumbuh 10% sampai 15% hingga akhir tahun ini. Haryono Tjahjarijadi, Presiden Direktur PT Bank Mayapada Internasional Tbk bilang, diharapkan likuditas di pasar akan lebih baik, sehingga kredit bisa tumbuh apik. Pihaknya, menargetkan kredit 17%-18% di akhir 2018. Potensi kenaikan LDR
Likuiditas memang berpeluang menjadi lebih ketat. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memproyeksikan rasio pinjaman terhadap simpanan atau
loan to deposit ratio (LDR) berada di atas 91,2% pada akhir 2018. Tingkat pertumbuhan kredit yang berada di atas pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) memicu kenaikan LDR. Tercermin dari kredit tumbuh 10,26% per Mei 2018, sedangkan DPK hanya tumbuh 6,47%. Alhasil, rasio penyeimbang kredit dengan DPK ini naik. Tercatat, posisi LDR sebesar 91,43% per Mei 2018, dari posisi 89,6% di kuartal I-2018. Bank sepakat atas kondisi tersebut. Bambang Tri Baroto, Sekretaris Perusahaan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) mengatakan, LDR akan turun seiring dengan penambahan likuiditas. BRI akan menjaga posisi LDR di bawah 92% di akhir tahun nanti. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia