JAKARTA. Kemarin (9/6), lelang Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan SBI Syariah (SBIS) berhasil menyerap dana sebesar Rp 91,53 triliun dari pasar. Besarnya dana yang diserap dalam lelang kali ini boleh jadi merupakan sinyal paling tegas dari bank sentral dan sistem perbankan bahwa kondisi likuiditas masih cukup longgar. Hasil lelang pertama yang menandai pemberlakuan waktu lelang SBI sebulan sekali ini jauh lebih besar ketimbang penyerapan lelang 26 Mei lalu yang hanya sebesar Rp 13,7 triliun. Meskipun, angka tersebut masih jauh di bawah target indikatif BI yang sebesar Rp 120 triliun. Kepala Biro Stabilitas Sistem Keuangan BI Wimboh Santoso menuturkan, kondisi likuiditas perbankan saat ini masih cukup longgar dan aman. "Secara struktural tidak ada perubahan yang berarti, masih cukup baik," katanya. Menanggapi mismatch likuiditas yang menjadi kendala akut perbankan di Tanah Air, Wimboh bilang, tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan.
Bank mulai terbiasa Direktur Bisnis Bank UOB Buana Safrullah Hadi Saleh berpendapat, kondisi likuiditas di sistem perbankan sampai kini dalam kondisi normal. Meski kemarin sempat ada sedikit kontraksi imbas dari capital outflow, menurutnya itu hal yang wajar. "Itu normal saja, tidak ada yang luar biasa," kata Safrullah. Menurutnya, penjarangan lelang SBI dari satu minggu sekali menjadi satu bulan sekali bertujuan agar bank mulai terbiasa mengelola likuiditasnya dalam rentang lebih panjang. Selain itu, BI ingin agar pasar keuangan seperti Pasar Uang Antar Bank (PUAB) dan repo lebih bergairah sehingga bank tidak keenakan menaruh kelebihan dananya di SBI. Berdasarkan data BI, pada periode transisi mulai 10 Maret sampai 3 Juni lalu, komposisi SBI sudah lebih banyak didominasi oleh SBI bertenor tiga bulan yakni sebesar 67% dari total SBI. SBI bertenor 6 bulan mencapai 11% dari total SBI. Adapun SBI bertenor 1 bulan mencapai 22%.