Likuiditas masih ketat, bank makin berebutan dana murah di tahun ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Likuiditas perbankan tahun ini diprediksi masih akan ketat. Khususnya dalam soal pengumpulan dana pihak ketiga (DPK). Akibatnya tahun ini perebutan dana murah alias current account and saving account (CASA) diprediksi juga masih akan terjadi tahun ini.

Hingga Desember 2018 sendiri, Bank Indonesia mencatat rasio CASA perbankan berada di level 54,84%, menurun 118 bps, dibandingkan posisi November 2018 dengan rasio sebesar 56,02%.

Di sisi lain, pertumbuhan dana mahal atawa deposito justru tumbuh dibandingkan CASA. Pada Desember 2018, deposito tumbuh 5,6% (yoy) dengan deposito tergidumpun senilai Rp 2.394,9 triliun, melaju dibandingkan pertumbuhan November 2018 sebesar 4,1% (yoy) senilai Rp 2.377,3 triliun.


"Tahun ini kita akan lebih fokus mengumpulkan dana murah, dibandingkan deposito. Karena itu yang menjadi tantangan," kata Wakil Direktur PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) Herry Sidharta kepada Kontan.co.id.

Herry menambahkan, untuk menggenjot CASA perseroan akan meningkatkan transaksi digitalnya. Sementara targetnya, tahun ini rasio CASA bank berlogo 46 ini minimal berada di level 60%.

Sedangkan dalam hingga Desember 2018, rasio CASA BNI masih berada di level 65,98% yang berasal dari simpanan tabungan senilai Rp 168,10 triliun, dan giro senilai Rp 196,25 triliun. Sedangkan depositonya senilai Rp 187,81 triliun.

Langkah serupa juga akan diambil PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Direktur BCA Santoso Liem bilang, perseroan juga masih akan menggenjot pertumbuhan dana murah, alih-alih menggaet deposito. "Untuk deposito fungsinya lebih kepada penyeimbang saja, karena akan tetap mengikuti suku bunga acuan," katanya.

Hingga Desember 2018, perseroan berhasil mengumpulkan DPK senilai Rp 630,09 triliun dengan rasio CASA sebesar 76,66%. Tahun ini, Santoso bilang, BCA masih hendak menjaga rasio CASA di pevel 74%-76%.

"Likuiditas memang diperkirakan masih akan ketat. Namun tekanan perang dagang masih managable dan rencana kenaikan suku bunga global tertahan. Sehungga tekanan akan CASA masih terkendali. Kami sendiri tidak ada strategi khusus selain tetap memberikan produk dan solusi untuk nasabah yang konsisten," katanya.

Target yang pengumpulan CASA yang yang lebih besar justru diambil oleh bank menengah. PT Bank Mayapada Tbk (MAYA) misalnya, berharap tahun ini rasio CASA perseroan bisa berada di atas 30%.

"Kami akan perbaiki terus rasio CASA, dan berharap tahun ini bisa mencapai kisaran 30%-33%," kata Direktur Utama Mayapada Hariyono Tjahrijadi.

Maklum rasio CASA Mayapada memang masih sangat kecil. Pada Desember 2018 saja masih berada di level 23.07%. Dimana DPK perseroan dengan total Rp 71,51 triliun masih didominasi oleh deposito senilai Rp 55,01 triliun.

Langkah menggenjot CASA sendiri diambil Mayapada sebab, kata Hariyono tahun ini pertumbuhan deposito juga diprediksi stagnan akibat vanyaknya dirilis Surat Berharga Negara (SBN) ritel oleh pemerintah dengan bunga menawan

"Untuk deposito kami realistis juga, karena banyak surat utang yang diterbitkan pemerintah. Target pertumbuhan kami belasan persen saja. Sedangkan soal bunganya masih akan kami sesuaikan dengan kondisi pasar kelak," lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi