Likuiditas masih tersegmentasi, regulator perlu perhatikan bank BUKU I



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom PT Bank Mandiri Tbk menyarankan regulator perbankan dalam hal ini Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) lebih berhati hati terhadap risiko likuiditas perbankan.

Anton Gunawan, Kepala Ekonom Bank Mandiri mengatakan, risiko likuditas perbankan tidak sama antara kelompok bank satu dengan yang lain. Bank kecil seperti BUKU I (modal inti dibawah Rp 1 triliun) mempunyai risiko likuiditas lebih tinggi.

"Likuiditas di perbankan masih tersegmentasi. Keleluasaan untuk mengatasi risiko likuiditas dengan melakukan repo ada di bank BUKU IV," kata Anton dalam media ganthering, Kamis (30/8).


Bank Mandiri mencatat sampai Juni 2018, kepemilikan dari obligasi dan treasury bill atau surat utang jangka pendek mayoritas 52% ada di bank BUKU IV dan 33% ada di bank BUKU III. Bank BUKU II hanya 8% dan BUKU I 2%.

Anton bilang dengan rendahnya kepemilikan obligasi dan treasury bill di BUKU I ini harusnya membuat regulator perbankan lebih hati-hati. "Jangan sampai ada bank yang likuiditasnya kena," kata Anton.

Sebenarnya, menurut Anton pada tahun ini regulator sudah mengeluarkan relaksasi likuditas sesuai saran perbanas untuk melonggarkan giro wajib minimum.

Anton bilang, saat ini likuiditas valas memang agak ketat. Hal ini tercermin dari suku bunga kredit dan deposito yang mulai naik. LDR valas juga tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan rupiah.

Hal ini seiring dengan pertumbuhan kredit valas yang lebih tinggi. Sebagai gambaran saja, LDR perbankan terakhir sebesar 95%. Angka ini menjadi indikator pengetatan likuditas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi